Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga tembaga melemah setelah data output industri China bulan Mei tidak sesuai perkiraan. Sementara penguatan dolar Amerika Serikat (AS) juga membebani logam industri.
Senin (17/6) pukul 9.48 WIB, harga tembaga untuk kontrak tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,2% menjadi US$ 9.724 per metrik ton. Penurunan ini terjadi setelah harga tembaga bergerak datar di pekan lalu.
Kontrak tembaga bulan Juli yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange turun 1% menjadi 78.880 yuan (US$ 10.872,35) per ton.
Output industri China pada bulan Mei lebih rendah daripada ekspektasi karena masih lemahnya sektor properti, yang juga merupakan konsumen utama logam industri. Tetapi penjualan ritel meningkat pada bulan lalu.
Baca Juga: Harga Logam Diproyeksi Tetap Solid di Tengah Sikap Hawkish The Fed
Harga tembaga, yang sering dilihat sebagai penentu arah perekonomian, melonjak pada bulan Mei ke rekor tertinggi. Kenaikan harga disokong oleh pembelian spekulatif di tengah kekurangan bahan mentah. Tetapi, kenaikan harga ini diikuti oleh koreksi ke bawah karena permintaan Tiongkok terbukti lebih lemah dari perkiraan.
Dolar menguat pada hari ini karena euro mendekati level terendah dalam lebih dari satu bulan. Kekhawatiran mengenai prospek politik di Eropa masih berlanjut.
Harga nikel LME naik 0,3% menjadi US$ 17.620 per ton, aluminium turun 0,2% menjadi US$ 2.513,50, timah menguat 0,9% menjadi US$ 32.600, seng naik 0,7% menjadi US$ 2.788 dan timbal naik 1,3% menjadi US$ 2.166,50.
Harga nikel SHFE turun 0,6% menjadi 136.560 yuan per ton, aluminium turun 1,2% menjadi 20.420 yuan, dan seng melemah 1,4% menjadi 23.350 yuan. Harga timah turun 1,2% menjadi 268.200 yuan, sementara timbal menguat 0,8% menjadi 18.705 yuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News