Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penurunan BI rate bisa menguntungkan emiten obligasi karena cost of fund penerbitan turun. Namun kemungkinan ini diprediksi tidak akan selaras dengan pasokan obligasi korporasi baru di 2015.
Global Markets Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar mengatakan, penurunan BI rate tidak disangka oleh pasar. Sedangkan rencana penerbitan obligasi korporasi butuh waktu sekitar 1 semester.
“Maka yang akan menerbitkan obligasi korporasi semester I ini sudah punya rencana sejak semester II 2014 kemarin. Ternyata BI rate turun. Emiten yang ingin memanfaatkan itu sudah terlambat. Nanti ada kemungkinan BI rate naik lagi di semester II sebagai kebijakan normalisasi Fed fund rate,” tutur Kumar.
Ia memprediksi penerbitan obligasi korporasi tahun ini paling tinggi 5% di atas realisasi pada 2014. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sepanjang 2014 kemarin total penerbitan obligasi korporasi sebesar Rp 48,04 triliun. Sehingga prediksinya pada tahun ini realisasi penerbitan obligasi korporasi 2015 paling tinggi akan sekitar Rp 50 triliun.
Presiden Direktur Indonesia Bond Pricing Agency, Ignatius Girendroheru juga menduga dengan diturunkannya BI rate tidak lantas membuat emiten agresif menerbitkan obligasi. Menurutnya kebijakan ini hanya membuat obligasi korporasi menjadi lebih menarik dibanding sumber pendanaan lain.
“Penerbitan obligasi hanya menjadi pilihan strategi pendanaan yang lebih diutamakan dibanding dengan sumber pendanaan lain seperti penawaran saham (go public atau rights issue), kredit bank atau private loan. Tapi tidak lantas membuat emiten menjadi agresif,” tutur Ignatius.
Kumar juga mengatakan emiten akan membandingkan berapa cost of fund penerbitan obligasi dengan pinjaman bank. Hanya saja menurutnya sejumlah emiten berpandangan pinjaman bank terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi. “Obligasi lebih mudah, tinggal ditawarkan ke investor dan tidak pakai agunan,” ungkap Kumar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News