kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.620   158,00   0,94%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Penurunan BI rate netral bagi BBRI


Senin, 25 Januari 2016 / 19:53 WIB
Penurunan BI rate netral bagi BBRI


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) belum lama ini menurunkan level suku bunga acuannya. Bukan hanya BI rate, suku bunga Deposit Facility, dan suku bunga Lending Facility juga ikut diturunkan sebesar 25 basis poin. Namun, pelonggaran ini sepertinya terbatas bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

"Sentimen positif, iya, apalagi untuk kredit konsumsi. Tapi efeknya juga enggak signifikan," jelas Milka Mutiara analis Phillip Securuties kepada KONTAN, (25/1). Ini karena BBRI lebih banyak meladeni kredit mikro.

Dari ketiga jenis suku bunga tersebut, yang paling terlihat langsung efeknya memang soal BI rate. Masalahnya, ketika BI rate turun, bukan berarti pihak perbankan ikutan menurunkan suku bunga kreditnya.

Andai pun ada penurunan, jumlahnya pun sedikit. Hal ini dilakukan para pihak perbankan untuk mengamankan posisi likuiditasnya.

Soalnya, jika suku bunga kredit turun, otomatis suku bunga deposito ikutan turun. Nah, ketika suku bunga deposito turun, orang cenderung mengalihkan duitnya ke aset yang lebih beresiko. Jadi, mereka ramai-ramai mencairkan depositonya untuk dialihkan ke aset lain yang lebih beresiko tapi bisa memberikan imbal hasil lebih tinggi ketimbang deposito.

Sementara, deposito merupakan salah satu sumber bank untuk memberikan kredit. Jadi, ketika jumlah deposito berkurang, maka bank bakal mengalami kekeringan likuiditas.

"Kecuali, jika BI rate turunnya hingga 1%, maka ini baru benar-benar terlihat efek positifnya," ujar Milka.

Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas sependapat. Dia yakin, pleonggaran tersebut akan terbatas dampaknya terhadap perbankan, termasuk BBRI.

"Hal tersebut sudah diantisipasi perbankan karena perbankan baru menyesuaikan cost of funds mereka, terutama suku bunga deposito berjangka rupiah, sejak awal tahun," jelas Tjandra dalam riset 16 Januari lalu.

Rata-rata suku bunga deposito berjangka satu bulan di industri sudah turun dari 8,56% pada Desember menjadi 7,47% pada November 2015, sedangkan suku bunga masih tidak diubah.

Jadi, yang lebih penting adalah, adanya penurunan suku bunga kembali. Dengan kondisi seperti saat ini, Tjandra memprediksi BI akan kembali menurunkan BI rate pada semester I tahun ini.

"Sehingga, penurunan ini akan memicu permintaan kredit lagi," tandas Tjandra. Secara industri, dengan adanya penurunan tersebut maka pertumbuhan kredit tumbuh 12%-14% tahun ini, lebih baik ketimbang pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 11%.

Sentimen positif ini nantinya juga hampir bisa dipastikan bakal memberikan angin segar bagi BBRI.

Melihat prospek tersebut, kedua analis kompak merekomendasikan buy BBRI. Milka menetapkan target harga Rp 13.000 per saham, sementara Tjandra Rp 11.500 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×