Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penjualan sukuk ritel seri SR022 cenderung lambat dibandingkan seri sebelumnya. Pun, penawaran saving bond ritel seri SBR014 selanjutnya yang dijadwalkan meluncur pertengahan Juli mendatang berpotensi mengalami hal yang sama.
Sukuk ritel SR022 yang saat perdana rilis 16 Mei lalu ditawarkan dengan kuota sebesar Rp 20 triliun mengalami penambahan kuota menjadi Rp 25,5 triliun. Tambahan Rp 5 triliun terbilang kecil, jika dibandingkan tambahan kuota Rp 10 triliun pada seri ST014 sebelumnya.
Pun, penjualannya cenderung lambat. Pada dua pekan pertama penawaran, SR022 baru laku Rp 4,8 triliun atau kurang dari 25% dari kuota awal Rp 20 triliun. Jika dibandingkan, ST014 malah sudah laku Rp 7 triliun dalam sepekan.
Menurut Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin, penjualan SR022 yang cenderung lambat ini akibat adanya instrumen alternatif yang bisa dijadikan pilihan. Selain itu, tenor tetap yang ditawarkan SR022 dinilai tak mudah bersaing dengan yield pasar yang lebih tinggi seiring koreksi pasar pasca pengumuman tarif Donald Trump.
Baca Juga: BCA Catat Penjualan SR022 Telah Mencapai Rp 5 Triliun
Nah, Ahmad memperkirakan, seri SBN ritel selanjutnya, SBR014 yang rencananya dirilis pada 14 Juli – 7 Agustus mendatang, kurang lebih bakal bernasib sama dengan SR022. Itu akan dipengaruhi pada dua faktor utama.
Pertama, soal kupon yang ditawarkan. “Jika beda besaran kupon dan suku bunga acuan cukup besar, akan menarik,” sebut Ahmad kepada Kontan, Selasa (17/6).
Dengan ekspektasi suku bunga acuan yang akan turun ke depannya, kupon yang ditawarkan bakal ikut turun. Jika saat penawaran spread antara suku bunga acuan dan kupon tak cukup lebar, Ahmad menilai investor bakal enggan membeli.
Kedua, soal yield pasar. Ahmad bilang yield pasar yang lebih tinggi daripada tawaran kupon SBR014 nantinya juga bisa menahan minat pasar.
“Tidak ada alasan yang kuat bagi investor untuk membeli. Toh, dengan membeli seri FR atau PBS, mereka bisa mendapatkan imbal hasil yang tinggi selain juga mudah untuk mentransaksikannya.” imbuh Ahmad.
Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan, yield di pasar bisa dipengaruhi sejumlah faktor tidak langsung seperti risk off oleh investor asing, peningkatan pasokan, dan ketahanan ekonomi domestik.
Baca Juga: Ini Penyebab Penjualan SR022 Kurang Bergairah
Sejalan, Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi memprediksi penjualan SBR014 nantinya bakal bernilai hampir sama dengan SR022. Hal ini dipengaruhi oleh obligasi korporasi yang ramai diterbitkan pada semester II-2025.
“Dugaan saya kuota tetap Rp 20 triliun,” katanya kepada Kontan, Selasa (17/6).
Namun, secara keseluruhan Lionel bilang prospek SBN di pasar ritel masih cerah. Pun, likuiditas dapat berangsur membaik meski masih dalam 2–3 bulan ke depan.
Selanjutnya: EDGE Bukukan Pendapatan Rp1 Triliun di 2024, Ditopang Bisnis Pusat Data
Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News