Reporter: Annisa Aninditya Wibawa, Wuwun Nafsiah | Editor: Harris Hadinata
JAKARTA. Tahun 2014 menjadi tahun suram bagi PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Hingga akhir 2014, SMGR cuma mencatat pertumbuhan penjualan semen sebesar 3% menjadi 28,8 juta ton.
Maklumlah, penjualan semen dalam negeri sendiri hanya tumbuh 3,27% menjadi 59,9 juta ton. "Ekspektasi pertumbuhan pasar tidak sesuai dengan perkiraan awal," ungkap Direktur Keuangan SMGR, Ahyanizzaman kepada KONTAN, Senin (12/1).
Musim hujan hingga tertundanya proyek infrastruktur pemerintah menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan penjualan semen SMGR. Di sisi lain, beban perusahaan pelat merah ini makin bertambah dengan kenaikan tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM).
Untuk mengimbanginya, SMGR sejatinya telah menaikkan harga jual semen sebesar 6%-7% tahun ini. Hal ini diharapkan mampu mendongkrak revenue sebesar 10%-12% hingga akhir 2014. Namun, kenaikan biaya produksi lebih tinggi ketimbang kenaikan harga jual semen.
Ahyanizzaman memperkirakan laba bersih SMGR tahun ini hanya akan tumbuh 3%-5%. "Kenaikan biaya produksi tahun 2014 sebesar 8%-10% per ton, ada komponen yang masih impor meski tidak terlalu banyak," ucap dia.
Tahun ini, SMGR mencoba mengikuti target pertumbuhan penjualan semen nasional sebesar 5%-6%. Untuk mengokohkan pangsa pasar, SMGR terus melakukan ekspansi. Saat iniĀ SMGR sedang tengah membangun pabrik di Indrarung, Sumatera Barat dan Rembang, Jawa Tengah. Kedua pabrik ini memiliki kapasitas masing-masing 3 juta ton per tahun.
Kemudian, di semester dua tahun ini SMGR akan mulai membangun pabrik baru di Aceh. Untuk mendukung ekspansinya, SMGR menyiapkan belanja modal Rp 7 triliun tahun ini. Setelah Aceh, SMGR akan menjajaki pembangunan pabrik di Papua. Rencananya, pabrik itu akan memiliki kapasitas 1 juta ton per tahun.
Saat ini, kapasitas produksi pabrik SMGR adalah 31,8 juta ton per tahun. Pada tahun 2017, SMGR menargetkan kapasitas pabriknya mampu mencapai 40 juta ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News