Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Perusahaan semen, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mencetak penjualan kuartal 1-2017 sebesar Rp 2,15 triliun. Angka ini turun 12,1% dibandingkan dengan penjualan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,45 triliun.
Penurunan penjualan tersebut langsung berdampak pada rugi periode berjalan kuartal 1-2017, yang tercatat Rp 116,48 miliar. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu, emiten ini masih mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 66,98 miliar.
Manajemen Holciom menjelaskan, dalam keterangan yang diterima KONTAN, Jumat (28/4) penurunan permintaan semen tersebut lantaran dipengaruhi oleh perubahan cuaca, dan tertundanya proyek infrastruktur serta perumahan.
Selain itu, perlambatan laju ekonomi dan ketatnya persaingan pasar, masih menjadi penyebab utama tertekannya harga jual di pasar. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) juga menyatakan penjualan semen nasional mengalami penurunan sebesar 1,1% pada awal tahun 2017 dibandingkan dengan tahun lalu.
Realisasi proyek infrastruktur dan perumahan yang tertunda, diharapkan bisa menjadi titik tolak perbaikan kinerja emiten semen pada sisa sembilan bulan ke depan.
"Kondisi pasar di Indonesia pada kuartal pertama 2017, masih sangat menantang," ujar CEO Holcim Indonesia Gary Schutz.
Untuk mengatasi dampak dari penundaan proyek serta munculnya pemain-pemain baru di industri semen, pihaknya berfokus kepada langkah-langkah efisiensi biaya dan transformasi komersial. "Holcim memiliki keuntungan dengan memiliki jaringan terpadu serta layanan dan rangkaian produk yang beragam," tambahnya.
Guna mengatasi permintaan yang kurang menggairahkan, Holcim berencana mengoptimalkan jaringan terintegrasi dan peningkatan rantai pasokan. Selain itu, juga memperluas jangkauan solusi bernilai tambah ke pasar potensial.
Pemerintah telah mendesak semua pihak terkait yang bertanggung jawab terhadap proyek yang berjalan, untuk memperhatikan setiap kendala yang dapat menyebabkan penundaan dengan mempertimbangkan biaya progresif yang mungkin timbul.
Sementara itu, dari data manajemen, pertumbuhan kredit perumahan hanya mencapai 8% pada kuartal pertama tahun ini, lebih rendah dari prediksi 11% karena daya beli yang rendah, sedangkan pertumbuhan kredit perumahan pada kuartal kedua tahun 2017 diharapkan dapat mencapai 12% yang ditargetkan pada segmen menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News