Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Walau demikian, secara jangka panjang, Robertus melihat ASII masih punya prospek dan potensi yang menarik. Dia meyakini, lonjakan pasar grosir mobil di Indonesia baru-baru ini dapat dikaitkan dengan dibukanya kembali aktivitas komersial di diler-diler mobil di sisi penawaran.
Sementara dari sisi permintaan, meningkatnya mobilitas masyarakat akan menghasilkan permintaan yang terpendam. "Selain itu, pelonggaran Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) juga menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi keputusan pelanggan ke depan,” imbuh Robertus.
Robertus menambahkan, aksi investasi ASII baru-baru ini dengan menyuntikkan dana sekitar US$ 5 juta dan US$ 35 juta masing-masing di Sayurbox dan Halodoc akan menjadi katalis positif. Apalagi, sebelumnya, ASII berhasil mendirikan GoFleet, sebuah joint ventures antara Astra dan Gojek yang terlibat dalam bisnis pengadaan dan persewaan mobil, setelah Astra berinvestasi US$ 250 juta di Gojek.
Baca Juga: Segmen alat berat & emas akan menopang United Tractors, begini rekomendasi saham UNTR
Dia melihat, aksi investasi terbaru ASII ini memiliki potensi untuk meningkatkan eksposur produk dan layanan ASII pada bisnis logistik makanan, pertanian dan medis di masa depan.
Henan Putihrai Sekuritas memproyeksikan pendapatan ASII akan mencapai Rp 208,89 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 15,90 triliun pada tahun ini. Robertus pun memberikan rekomendasi beli untuk ASII dengan target harga Rp 6.200 yang menyiratkan 1,55/1,49x dan 2,51%/2,53% dari PBV dan imbal hasil dividen 21F/22F.
Baca Juga: Banyak startup mampu bertumbuh, konglomerasi makin getol berinvestasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News