Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT XL Axiata Tbk (EXCL) kembali meraih dana segar. Karena itu, XL berencana menekan beban utang yang selama ini menghantui. Dana tersebut berasal dari penjualan 3.500 menara EXCL. Nilainya mencapai Rp 5,6 triliun.
"Dananya untuk pembayaran utang yang merupakan kombinasi rupiah dan dollar AS," ungkap Direktur Keuangan EXCL Mohammed Adlan, kepada KONTAN, Jumat, (3/10). Dalam laporan keuangan semester I tahun ini, EXCL mencatat pinjaman jangka panjang Rp 24,42 triliun. Pinjaman tersebut dalam mata uang rupiah yakni Rp 11,6 triliun. Sementara utang XL yang berdenominasi dollar AS mencapai US$ 1,07 miliar.
Utang EXCL tersebut terdiri dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 7,4 triliun dan pinjaman dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 2,4 triliun. Selain itu, XL juga memiliki utang kepada Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd senilai Rp 800 miliar, dan Rp 1 triliun dari PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Sementara itu, utang dollar AS berasal dari Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd sebesar US$ 299 juta, Export Kredit Nämnden senilai US$ 72,32 juta, serta Standard Chartered Bank US$ 150 juta. XL juga memiliki pinjaman dari DBS Bank Ltd Singapore US$ 300 juta, United Overseas Bank Limited sebesar US$ 150 juta, dan The Royal Bank of Scotland Plc Singapore US$ 100 juta.
Direktur Utama EXCL Hasnul Suhaimi mengaku, pembayaran utang ini belum bisa diperhitungkan alokasinya. Pasalnya, transaksi penjualan masih belum selesai. "Baru akan diselesaikan akhir tahun," kata dia, kepada KONTAN. XL mengumumkan telah menjual 3.500 menara pada PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) pada 1 Oktober lalu. Dalam aksi tersebut, XL akan menerima pembayaran dalam bentuk tunai tanpa pembayaran lain. XL juga akan menyewa menara yang telah dijual pada SUPR dalam waktu 10 tahun.
Kinerja membaik
Manajemen XL menilai, penjualan menara akan meningkatkan nilai portofolio menara XL. Selain itu, total nilai aset EXCL juga akan bertambah 9,36% dari Rp 58,42 triliun menjadi Rp 63,89 triliun.
Selain itu, aset lancar XL juga meningkat 69,84% dari Rp 8,82 triliun menjadi Rp 14,98 triliun. Sedangkan, aset tak lancar turun tipis dari Rp 49,59 triliun menjadi Rp 48,91 triliun. Selain itu, ekuitas akan naik 37,01% Rp 13,05 triliun menjadi Rp 17,88 triliun.
Bila mengasumsikan laporan keuangan EXCL semester I 2014, beban pajak yang awalnya ditanggung Rp 12,49 miliar akan akan berbalik menguntungkan Rp 267,51 miliar. Kemudian, EXCL yang merugi Rp 482,52 miliar ini bisa meraih laba Rp 3,73 triliun.
Maklum sampai semester I-2014, XL menderita rugi bersih Rp 482,52 miliar dari sebelumnya laba Rp 670,42 miliar secara year-on-year. Padahal pendapatan XL kala itu naik 12,14% menjadi Rp 11,54 triliun.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Arandi Nugraha mengatakan, aksi ini akan membuat EXCL mengalami penurunan rasio utang. Ia memperhitungkan, debt to equity ratio (DER) EXCL akan berkurang dari 2,32 kali menjadi 1,89 kali. Kemudian, debt to asset ratio (DAR) turun dari 0,51 kali menjadi 0,42 kali.
Menurut Arandi, pengurangan utang ini bisa mempengaruhi kinerja EXCL secara signifikan. Pasalnya, pembayaran beban bunga EXCL akan berkurang. Hanya saja, dampaknya baru akan terasa di tahun depan. Untuk tahun ini, eksposure utang pembelian Axis masih akan menghantui kinerja perseroan.
Arandi bilang, laba EXCL masih akan merosot 64,4% menjadi Rp 367,38 miliar. Namun pendapatan EXCL tumbuh 17,12% menjadi Rp 24,9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News