Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencetak kinerja kurang memuaskan di sepanjang sembilan bulan pertama 2024.
Hingga September 2024, laba bersih AKRA tercatat sebanyak Rp 1,46 triliun. Jumlah tersebut turun 14,07% secara tahunan. Pendapatan AKRA di periode tersebut juga turun 4,55% menjadi Rp 28,61 triliun.
Adapun pendapatan terbesar AKRA berasal dari segmen perdagangan dan distribusi BBM sebesar Rp 21,48 triliun, perdagangan dan distribusi bahan kimia Rp 4,81 triliun.
Meski kurang memuaskan, analis menilai kinerja tersebut bisa berbalik arah seiring meningkatnya permintaan energi karena ekonomi global dan domestik yang diproyeksi bakal membaik.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Migas & Batubara Pilihan Mencermati Momentum di Sektor Energi
Analis BRI Danareksa, Richard Jerry mencermati penyebab utama pendapatan lemah terletak pada tingkat margin di kuartal ketiga yaitu margin laba kotor atawa gross profit margin (GPM), EBIT margin, dan EBITDA margin menurun masing-masing sebesar 280 bps, 290 bps 320 bps YoY.
Adapun margin distribusi minyak bumi dan kimia pada kuartal III hanya mencapai 6,7%, terkoreksi 100 bps secara YoY.
Jerry menjelaskan bahwa hal demikian disebabkan oleh kontribusi yang lebih lemah dari penambang sebagai total pembeli. Selain itu cuaca juga mempengaruhi aktivitas penambangan di kuartal ketiga.
"Penambang sekarang menyumbang 42% dari total penjualan minyak bumi dibanding biasanya sebesar 60%," tulis Jerry dalam riset, Senin (28/10).
Baca Juga: Harga Saham AKRA Naik Seiring Melonjaknya Harga Minyak, Masih Punya Potensi Upside
Kendati demikian, Jerry yakin emiten pengolah minyak bumi ini akan bertumbuh ke depan. Untuk tahun 2025, Jerry bilang AKRA kemungkinan akan meningkatkan pendapatan minyak buminya karena berencana untuk membuka kapal tanker baru yang akan menambah 10% ke kapasitasnya saat ini.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan AKRA punya peluang untuk tumbuh seiring potensi kenaikan permintaan BBM Industri.
Apalagi produk AKRA seperti bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia sangat dibutuhkan oleh industri, manufaktur, serta infrastruktur.
"Maka dengan potensi pertumbuhan ekonomi domestik yang kuat akan mendorong aktivitas di sektor industri dan manufaktur, sehingga meningkatkan permintaan akan produk AKRA," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (28/10).
Baca Juga: Intip Saham-Saham Rekomendasi Analis Setelah IHSG Ambruk ke Level 7.4000
Selain itu, penjualan lahan industri di Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) berpeluang tumbuh seiring dengan prospek penurunan suku bunga.
Namun, Sukarno mewanti-wanti tensi geopolitik yang bisa jadi penghambat mengganggu rantai pasokan energi dan bahan kimia, serta meningkatkan volatilitas harga.
Mengenai penjualan JIIPE ini, Analis Phillip Capital Edo memperkirakan, penjualan lahan AKRA dapat mencapai 100 hektare. Hal itu karena peningkatan permintaan dari perusahaan lokal maupun asing, serta didukung kebijakan pemerintah yang pro-invesatasi dan pengembangan kawasan industri.
"Fasilitas terpadu dan lokasi strategis JIIPE juga menjadi daya tarik utama bagi investor. Hal ini berkontribusi ke prospek pertumbuhan yang kuat di tahun mendatang dan memperkuat posisinya di infrastruktur industri Indonesia," tulis Edo dalam riset 11 September 2024.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Migas di Tengah Fluktuasi Harga Komoditas
Selain itu, Edo juga menjelaskan bahwa AKRA menargetkan pembukaan 35-40 outlet pengisian bahan bakar pada tahun 2024 dan membangun satu terminal tangki baru di Morowali.
Upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat, khususnya di kawasan industri yang berkembang pesat seperti Morowali.
Di akhir tahun 2024, BRI Danareksa memproyeksi pendapatan AKRA akan mencapai Rp 37,6 triliun dengan laba bersih diperkirakan sebesar Rp 2,73 triliun.
Sementara Phillip Sekuritas memproyeksi pendapatan sebesar Rp 43,2 triliun dan laba bersih menyentuh Rp 3,2 triliun.
Untuk sahamnya, BRI Danareksa merekomendasikan buy pada saham AKRA dengan target harga Rp 1.700 per saham. Phillip Sekuritas merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.870 per saham. Sementara Kiwoom Sekuritas rekomendasi trading sell dengan target harga Rp 1.390 per saham.
Selanjutnya: Menanti Arah Pemerintahan Prabowo, Simak Proyek Rupiah di Akhir Tahun
Menarik Dibaca: Peringati Hari Sumpah Pemuda, Menkomdigi Dorong Digitalisasi Bersama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News