Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja dan pergerakan saham emiten minyak dan gas (migas) masih dibayangi oleh fluktuasi harga komoditas dunia. Harga minyak mentah dan gas alam berfluktuasi cukup kencang di pengujung bulan September ini.
Harga minyak mentah dunia sempat menyusut signifikan, dengan tingkat penurunan lebih dari 2,5% pada Kamis (26/9). Rencana peningkatan produksi dari Arab Saudi sebagai eksportir utama menyeret harga minyak kembali melandai. Tapi di awal pekan ini, harga minyak mentah mulai kembali menanjak.
Merujuk Trading Economic, hingga pukul 12:14 WIB Senin (30/9), West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,41% ke level US$ 68,45 per barel, sementara Brent naik 0,43% ke area US$ 71,84 per barel.
Sedangkan harga gas alam berbalik turun 0,71% ke level US$ 2.881 per Million British Thermal Unit (MMBTU), usai menguat pada pekan lalu.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengamati sejumlah faktor yang membuat harga minyak mentah dan gas alam bergerak dengan laju beragam.
Baca Juga: IHSG Anjok ke 7.592,6 di Akhir Sesi Pertama, GOTO, MAPI, ISAT Jadi Top Losers LQ45
Harga gas alam sedang uptrend karena dari sisi pasokan masih cenderung rendah di tengah potensi kenaikan permintaan saat memasuki musim dingin. Sementara itu, harga minyak mentah tertekan di tengah meningkatnya pasokan akibat kenaikan produksi.
Namun, kucuran stimulus ekonomi di China bisa menjadi katalis positif bagi prospek harga minyak.
"Bisa saja positif pada permintaan jika efektivitas stimulus itu berdampak pada pemulihan lebih cepat atas ekonomi China, dan investasi bisa diarahkan ke sektor industri," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra menambahkan, gerak melandai harga minyak pada satu bulan terakhir masih dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap tren penurunan konsumsi di China. Inav melihat potensi penurunan sudah semakin terbatas, seiring peluang pemulihan konsumsi minyak dengan membaiknya prospek ekonomi yang didorong kucuran stimulus.
"Selain itu, perlu diperhatikan harga minyak yang rendah akan mendorong beberapa negara OPEC+ untuk memperpanjang masa waktu kebijakan voluntary cut untuk menghindari potensi oversupply," terang Inav.
Inav mengatakan, emiten migas yang bisa terdampak langsung dari fluktuasi harga minyak adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Namun, dia menilai fluktuasi pergerakan harga minyak saat ini cukup terbatas terhadap kinerja keuangan emiten tersebut.
Apalagi bagi emiten dengan sumber utama pendapatan berasal dari gas, yang memiliki dinamika harga berbeda dan cukup stabil.
"Perlu diperhatikan untuk memilih saham industri migas berdasarkan faktor pertumbuhan yang kuat di luar pergerakan harga minyak," imbuh Inav.
Inav juga melihat emiten jasa kontraktor seperti PT Elnusa Tbk (ELSA) menarik dicermati. ELSA punya prospek pertumbuhan jangka panjang yang akan didorong oleh kenaikan investasi migas nasional. Inav merekomendasikan ELSA untuk target harga Rp 630 per saham.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat di Pagi Ini, Kekhawatiran Pasokan di Timur Tengah Jadi Penopang
Sedangkan Sukarno mengingatkan, dampak volatilitas harga komoditas migas yang dalam tren menurun berpotensi menyeret harga jual rata-rata alias Average Selling Pricve (ASP). Hanya saja, jika tingkat volatilitas terjadi jangka pendek saja, hal itu belum bisa disimpulkan akan berdampak signifikan.
"Karena perusahaan biasanya sudah mempunyai penetapan harga fix dalam periode tertentu. Hanya saja ketika penurunan harga terus berlanjut dalam jangka panjang, maka dampaknya bisa signifikan," imbuh Sukarno.
Namun menurut dia, prospek industri migas tetap menarik karena dari sisi permintaan masih tinggi. Tingkat permintaan konsumen domestik masih terbilang tinggi, sedangkan produksinya belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi tersebut.
"Artinya masih ada peluang untuk industri migas dalam negeri ke depannya," terang Sukarno.
Sukarno menyarankan untuk saat ini lebih baik wait and see terlebih dulu terhadap saham emiten migas, mengingat tren harganya cenderung sideways dalam jangka pendek.
Dus, perlu menunggu sinyal teknikal dengan rekomendasi pada saham PGAS untuk target harga Rp 1.570, MEDC (target Rp 1.345), ELSA (target Rp 510) dan ENRG (target Rp 232 per saham).
MEDC Chart by TradingView
Dalam riset pada 2 September 2024, RHB Sekuritas Indonesia menyematkan rating buy untuk tiga saham di industri migas. Saham pilihan RHB Sekuritas adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), ELSA dan MEDC dengan target harga masing-masing di Rp 1.950, Rp 650 dan Rp 1.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News