Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
Prospek Penjualan Semen Semester II
Emma mengantisipasi akan terjadi sedikit penurunan volume penjualan secara nasional di bulan Juni karena perpanjangan liburan Idul Adha. Libur tersebut mengakibatkan larangan selama enam hari truk angkutan beroperasi di jalan tol dan non tol di Jakarta dan Jawa Barat, sehingga mempengaruhi penjualan.
Namun, volume penjualan semen berpotensi lebih kuat di paruh kedua tahun ini salah satunya karena faktor libur yang lebih sedikit. Hari libur di semester kedua yakni sebanyak 5 hari, dibandingkan 16 hari libur di semester pertama 2023.
Baca Juga: Kinerja Emiten Konstruksi BUMN Masih Akan Tertekan di Semester Dua
Faktor lainnya juga akan mendukung naiknya penjualan seperti cuaca kering dalam beberapa bulan mendatang, sehingga akan mempercepat infrastruktur dan komersial proyek konstruksi termasuk pembangunan IKN.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa semen adalah salah satu sektor yang bakal meningkat saat terjadi normalisasi harga komoditas energi. Penjualan juga akan didukung adanya potensi peningkatan belanja publik menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024.
Selanjutnya, jika ekonomi makro domestik dan global tetap kondusif, maka volume penjualan semen yang lebih tinggi kemungkinan akan terjadi selama 1-2 tahun mendatang. Dengan catatan, Indonesia mampu untuk memasuki siklus pemotongan suku bunga, sehingga pertumbuhan permintaan properti kembali menarik.
Mirae Asset Sekuritas melihat bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga apabila inflasi bisa terkendali, meskipun sikap The Fed saat ini masih hawkish. Dalam jangka panjang, BI diperkirakan bakal melonggarkan kebijakan moneternya mulai 6-9 bulan ke depan.
Emma menyematkan peringkat overweight untuk sektor semen. Penjualan semen tahun ini diperkirakan masih akan tumbuh dalam kisaran datar hingga rendah satu digit, dimana semen curah akan menyumbang sebagian besar pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Menguat 3 Hari, Prediksi IHSG Hari Ini (13/7) Masih Naik, Cek Saham untuk Dibeli
Mirae Asset Sekuritas memandang positif terhadap kedua perusahaan, tetapi INTP menjadi pilihan utama karena katalis pertumbuhan dianggap berpotensi lebih tinggi dibandingkan SMGR.
Pandangan itu karena menilai pengadaan INTP terkait harga batubara DMO lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dan kinerja operasional yang lebih baik.
Emma merekomendasikan Beli untuk INTP pada target harga sebesar Rp 14.000 per saham. Sedangkan, saham SMGR disarankan Beli pada target harga sebesar Rp 8.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News