Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga nikel kembali menyusut. Penguatan dollar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu pemicu melemahnya harga nikel. Mengutip Bloomberg, Rabu (20/4) pukul 13.06 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) merosot 1,9% ke US$ 9.093,87 per metrik ton.
Tapi sepekan terakhir, harga nikel masih naik 1,21%. Di saat yang sama, kurs dollar AS menguat. Per pukul 16.32 WIB kemarin, indeks dollar AS naik 0,08% dari sehari sebelumnya jadi 94,05.
Pelaku pasar memang fokus pada pertemuan bank sentral AS pekan depan. "Meski investor sudah menduga hasilnya dovish, mereka menantikan apakah pejabat The Fed akan membahas kenaikan suku bunga," tutur Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka.
Tambah lagi, The International Nickel Study Group mencatat, per Februari 2016, produksi nikel capai 149.600 ton, melampaui permintaan 3.600 ton.
"Kelebihan pasokan ini sangat berpengaruh terhadap harga nikel," ujar Ibrahim. Ibrahim menganalisa harga nikel bisa melanjutkan penurunan hari ini. Tapi, koreksi akan cenderung terbatas.
Sebab, nikel dapat katalis positif dari mulai stabilnya perekonomian Tiongkok. Di kuartal I-2016, produk domestik bruto (PDB) China mencapai 6,7% (yoy), sesuai target pemerintah 6,5%–7% sepanjang tahun ini.
Data positif dari China berpotensi menyokong harga komoditas, termasuk nikel. Plus, bank sentral beberapa negara kini rajin menerbitkan stimulus ekonomi. Ini bisa membuat dollar AS tertekandan mengerek permintaan nikel.
Sebab, logam industri ini akan diperdagangkan dalam valuta yang lebih murah. Ibrahim memprediksi, harga nikel naik hingga US$ 10.150 per metrik ton di semester I-2016. Kenaikan ini didukung permintaan dari India, sebagai salah satu negara yang tidak mengalami krisis ekonomi pada 2015.
Hari ini, Ibrahim memprediksi harga nikel akan bergerak di kisaran US$ 9.020–US$ 10.005 per metrik ton. Sepekan ke depan, harganya akan bergerak di kisaran US$ 8.950–US$ 10.055 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News