kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Penguatan Harga Komoditas Logam Industri Menunggu Ekonomi China Pulih


Kamis, 22 Desember 2022 / 17:18 WIB
Penguatan Harga Komoditas Logam Industri Menunggu Ekonomi China Pulih
ILUSTRASI. Penguatan Harga Komoditas Logam Industri Menunggu Ekonomi China Pulih


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ada harapan bagi harga komoditas logam industri untuk kembali menguat di tahun depan. Utamanya, harga logam industri bakal naik apabila kondisi covid-19 di China bisa pulih terkendali.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa sepanjang tahun ini harga komoditas logam industri kompak melemah seperti aluminium, tembaga, timah. Penurunan ini hanya tidak diikuti oleh Nikel.

Hal tersebut menyusul permasalahan covid-19 di Tiongkok sebagai importir terbesar logam industri. Masalah penyebaran covid yang menuntut pemberlakuan lockdown berimbas pada lesunya perekonomian negdri tirai bambu tersebut.

Kondisi lesunya ekonomi China pada akhirnya membuat penyerapan logam industri dunia berkurang dan menekan harga.

Baca Juga: Resesi Mengancam, Harga Komoditas Logam Industri Diprediksi Masih Lesu Tahun Depan

Sejauh ini China masih berkutat pada masalah pengendalian Covid-19. Lockdown sebenarnya sempat dibuka, namun malah menimbulkan masalah serius berupa kematian jutaan orang.

Dengan demikian, Ibrahim menilai tekanan pada logam industri masih akan berlanjut di tahun depan. China nampaknya bakal kembali menutup rapat wilayahnya guna menyelamatkan nyawa jutaan orang.

Kendati demikian, masih ada kemungkinan bagi harga logam industri bakal menguat di tahun depan meski tidak akan setinggi tahun ini. Sebab, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ataupun International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan perekonomian dunia bakal lebih baik karena menilai ada harapan bahwa perdamaian antara Rusia dan Ukraina terbuka lebar. 

Menurut Ibrahim, konflik geopolitik tersebut bisa berakhir dan membuka serangkaian kebijakan embargo dari Eropa terhadap Rusia dan sebaliknya. Hal itu karena Ukraina kini telah disokong oleh Amerika dan Eropa sehingga kekuatannya cukup untuk meladeni Rusia. Di sisi lain, Rusia ditinggalkan sendirian.

Baca Juga: Mendag Zulkifli Pantau Pasar Sentral Remu Papua Barat: Harga Bapok Stabil, Stok Cukup

"Ada kemungkinan perdamaian abadi di semenanjung laut hitam ini yang bisa membuat embargo kembali dibuka dan perekonomian dunia kembali lancar," jelas Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (21/12).

Ibrahim menuturkan, masalah sejumlah komoditas termasuk logam industri bakal berakhir jika keran perdagangan Rusia dibuka. Kemungkinan konflik tersebut mengalami deskalasi pada kuartal kedua-2022 dan momentum rebound harga terjadi di kuartal ketiga-2022.

Terlebih jika China selesai dengan permasalahan covid-19, maka akan membuat harga komoditas melejit.

Dari internal, rencana larangan ekspor komoditas bauksit di Juni 2023 juga bisa turut berperan dalam peningkatan harga komoditas logam industri. Larangan ekspor bauksit akan menyusul nikel yang sudah dilarang ekspor sebelumnya. Logikanya, pasokan komoditas yang ditahan akan mempengaruhi kenaikan harga.

Ibrahim menilai bahwa aturan penghentian ekspor tersebut untuk meningkatkan hilirisasi di Indonesia. Indonesia bakal membuat smelter untuk ke depannya bisa mengekspor bahan baku, dan tidak lagi mengekspor bahan mentah.

Hanya saja, kenaikan harga logam industri tahun depan dipandang tidak akan signifikan. Namun, harganya masih dalam posisi yang cukup tinggi jika dibandingkan sebelum masa pandemi covid-19.

Baca Juga: Perikanan Indonesia (Perindo) Pastikan Ketersediaan Ikan Jelang Nataru

Ibrahim memprediksikan rata-rata harga aluminium di tahun 2023 di US$ 2.400 per ton. Harga timah kemungkinan mencapai US$ 23.000 per ton.

Harga tembaga bakal berkisar di US$ 7.000 per ton di akhir tahun 2023. Sementara, harga nikel akan bergerak variatif dan ditutup di level US$ 35.000 per ton. 

Mengutip Bloomberg per 22 Desember 2022, harga Aluminium LME turun sebesar 14,82% ke level US$ 2.391 per ton, secara year to date (YTD). Harga Tembaga LME melemah 13,65%, menuju level US$ 8.393 per metrik ton. Harga Timah saat ini berada pada harga US$ 24.060, telah anjlok 38,09%. Hanya Nikel yang menguat sebesar 42,56% ke level US$ 29.591 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×