Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga berlian perlahan mulai kembali mendekati level semasa pre-Covid 19. Berdasarkan diamond price overall index di Polishedprice.com, indeks ini sempat menyentuh level 111,63 pada 3 November kemarin. Level tersebut merupakan yang paling tinggi sejak akhir Maret. Namun, pada Kamis (5/11), indeks ini turun lagi ke level 111,58.
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono menerangkan, setelah sempat ditutup sejak Maret, pasar berlian perlahan kembali bangkit mendekati level sebelum Covid-19. De Beers, salah satu produsen berlian terbesar dilaporkan mengalami pertumbuhan penjualan pada musim gugur kemarin. Beberapa produsen kecil di Antwerp, Quebec, dan Lesotho juga memiliki laporan serupa.
“Namun penguatan harga berlian sebenarnya tidak terlepas dari tren membaiknya harga seluruh komoditas seiring isu opening economies. Selain itu, harga berlian juga sudah oversold, sehingga trennya memang mengalami rebound,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).
Walau harga sudah rebound, Wahyu menilai pasar berlian masih jauh dari kondisi sehat. Pasalnya, sejak dimulainya masa pandemi, De Beers justru saat ini memiliki jumlah inventori yang besar. Pada akhirnya, bagaimana cara De Beers mengelola inventori tersebut akan berimplikasi pada keadaan produsen berlian yang lebih kecil.
Baca Juga: Keterbatasan pasokan mengangkat harga berlian
Oleh karena itu, Wahyu melihat pengaturan supply dari cadangan yang melimpah akan jadi kunci ke depan. Jika De Beers bisa menjual cadangan mereka secara perlahan di pasar, ini akan mendukung pasar berlian secara umum. Masalahnya, hal ini tidak dapat dipastikan apakah akan terjadi atau tidak.
“Jadi bisa dibilang, pasar berlian yang lebih sehat kemungkinan baru terjadi pada jangka menengah atau panjang setelah cadangan tersebut berkurang drastis. Namun, dengan kondisi saat ini, permintaan konsumen terhadap berlian belum dapat dipastikan akan segera normal seperti sebelum Covid-19. Jadi semuanya masih cukup mengambang,” tambah Wahyu.
Baca Juga: Hingga akhir tahun, Hartadinata Abadi (HRTA) perkuat penetrasi pasar
Di satu sisi, belakangan ini, berlian dinilai juga tertekan oleh isu lingkungan dan HAM dalam proses produksinya. Seiring dengan mulai berkembangan berlian buatan laboratorium, berlian alam pun semakin tertekan. Pasalnya, berlian buatan ini dari kualitas juga tidak kalah jauh, tidak memiliki isu lingkungan maupun HAM, harganya pun lebih murah.
Menurut Wahyu, berlian juga saat ini masih kalah pamor dengan emas sebagai aset investasi maupun sebagai perhiasan. Emas sebagai safe haven tentu lebih diminati, sebagai estetika, permintaan terhadap emas juga lebih tinggi dibanding berlian.
“Jadi secara umum, rebound harga berlian merupakan hal yang wajar, namun cenderung terbatas. Sementara pada tahun depan, rebound kemungkinan masih akan berlanjut mendekati level sebelum pandemi walau kemudian rentan terkoreksi,” tandas Wahyu.
Baca Juga: Kata APEPI perihal prospek investasi berlian tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News