Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan dollar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen negatif yang menahan laju harga komoditas logam industri. Salah satunya nikel yang menunjukkan penurunan lebih dari 2% dalam sehari.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (8/3), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) tercatat melemah 2,35% ke level US$ 13.270 per metrik ton. Sedangkan jika dibandingkan sepekan sebelumnya harganya hanya melemah 1,41%.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, di tengah kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan perang dagang setelah AS merilis aturan bea impor aluminium dan baja, harga nikel jatuh cukup tajam. Apalagi fokus investor juga tengah tertuju pada penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di bulan Mei dan rilis data tenaga kerja AS memberi sentimen positif bagi greenback.
Pada Kamis (8/3), indeks dollar AS berada di level 90,18 turun dibandingkan dengan hari sebelumnya 89,63. Namun pada Jumat (9/3) pukul 16.30 WIB, indeks dollar sedikit menguat ke level 90,17.
Andri melihat, sekarang ini sulit bagi harga nikel untuk kembali bangkit. Menurutnya masih perlu waktu untuk membuat harga komoditas ini kembali pulih. Paling tidak harus menunggu hingga diumumkannya kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 22 Maret nanti.
“Setelah kenaikan suku bunga sudah pasti nikel baru balik ke fundamentalnya,” paparnya.
Ia optimistis sampai akhir tahun, harga komoditas logam industri ini masih mampu mencatatkan penguatan. Maklum, defisit nikel sampai tahun 2025 diperkirakan mencapai 300.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News