kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penguatan dolar AS menyebabkan kurs rupiah tertekan


Minggu, 26 September 2021 / 07:00 WIB
Penguatan dolar AS menyebabkan kurs rupiah tertekan


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah 0,23% dalam sepekan dan ditutup pada Rp 14.257 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (24/9). Sedangkan kurs Jisdor melemah 0,11% selama sepekan ini ke level Rp 14.250 per dolar AS.

Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan, keputusan Bank Indonesia (BI) pada rapat dewan gubernur pekan ini sudah sesuai ekspektasi pasar. BI mempertahankan suku bunga di angka 3,5% untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas rupiah.

Akan tetapi, Reny mengamati bahwa The Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga yang lebih cepat. Sebelumnya ekspektasi kenaikan suku bunga dilakukan di tahun 2023. Tetapi The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga di tahun 2022 atau tahun depan.

“Sehingga ada investor ada kecenderungan untuk kembali memegang dolar AS, karena masih menganggap dolar AS relatif lebih aman, safe haven currency, dan juga didukung dengan pemulihan ekonomi AS mungkin bisa akan lebih cepat,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Jumat (24/9).

Baca Juga: Rupiah melemah dalam sepekan, ini penyebabnya

The Fed juga mengungkapkan kalau tapering akan dilaksanakan di akhir tahun ini. Tapering kemungkinan besar akan dimulai pada November atau Desember.

“Jadi memang faktor eksternal yang akhirnya membuat rupiah mengalami depresiasi, tetapi kalau dilihat secara umum, memang koreksi ini tidak signifikan,” kata Reny.

Hal ini karena dari sisi domestik, banyak sentimen yang baik, seperti penurunan kasus Covid-19, penurunan level PPKM atau dilonggarkan, dan juga neraca perdagangan RI yang mencatatkan rekor, menurutnya ini yang membuat rupiah positif.

Baca Juga: Review IHSG Sepekan: Menguat Tipis Disokong Dana Asing

Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin mengatakan, optimisme Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2021 yang akan mencapai kisaran 4%-5% menjadi sentimen positif. Aktivitas ekonomi yang kembali pulih berkat pelonggaran PPKM bertahap juga positif bagi rupiah.

“Optimisme terhadap pertumbuhan pada periode Juli-September didorong membaiknya sejumlah indikator ekonomi, baik konsumsi maupun produksi. Konsumsi rumah tangga diramal bisa tumbuh 2%-2,4% pada kuartal ketiga,” terang Nanang.

Nanang juga melihat Sri Mulyani mewaspadai dampak yang ditimbulkan akibat gagal bayar perusahaan asal China yakni Evergrande terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, Evergrande merupakan perusahaan konstruksi terbesar kedua di China. Dia menambahkan, tapering dan juga kenaikan suku bunga The Fed turut mempengaruhi rupiah selama sepekan ini. 

Baca Juga: IHSG menguat 0,19%, begini kondisi bursa selama sepekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×