Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kendati bursa saham dihantui masa suram, masih ada rekor baru yang tercipta di pasar saham. Tahun ini, jumlah emiten baru yang menggelar initial public offering (IPO) terbanyak dalam catatan bursa saham.
Tercatat 30 emiten yang menggelar IPO. Sebanyak 29 emiten sudah resmi masuk bursa, plus satu emiten (PT Sido Muncul Tbk) segera menyusul, Rabu (18/12) ini. Total nilai perhelatan ini mencapai Rp 16,73 triliun.
Sebagai perbandingan, tahun lalu, terdapat 24 emiten baru yang listing di bursa. Adapun total nilai IPO sekitar Rp 10,35 triliun. Namun dari sisi nilai, perhelatan IPO tahun 2010 masih yang tertinggi mencapai Rp 29,78 triliun dengan 24 emiten baru.
Cuma sayang, pergerakan harga saham-saham pendatang baru tahun ini jauh dari harapan. Bahkan, harga saham 14 emiten baru yang listing tahun ini justru negatif, jika dihitung dari harga IPO hingga Selasa (17/12).
Saham PT Steel Pipe Industry International Tbk (ISSP) menjadi pendatang baru paling naas. ISSP listing pada 25 Februari 2013 dengan harga IPO Rp 295 per saham. Tapi, pada penutupan perdagangan kemarin, harga ISSP tercatat hanya Rp 149 per saham alias sudah longsor 49,49% dari harga IPO.
Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management mengatakan, performa saham-saham pendatang baru yang kurang bergairah tidak terlepas dari kondisi pasar secara umum. Pernyataan Ketua The Federal Reserve, Ben S. Bernanke, yang mengumumkan rencana tappering off stimulus karena perekonomian Amerika Serikat (AS) mulai membaik menjadi biang keladi anjloknya pasar saham. Hingga kini, The Fed belum merealisasikan rencana tersebut.
Tapi, banyak ekonom dan analis meyakini, penghentian program stimulus moneter AS tinggal menunggu waktu saja. "Karena pasar tidak kondusif, pergerakan saham IPO tentu terkena imbasnya," ungkap Hans, Selasa (17/11).
Para investor, lanjut Hans, lebih banyak memanfaatkan saham IPO untuk meraih gain jangka pendek, bahkan dalam hitungan hari pasca pencatatan. Inilah salah satu penyebab koreksi harga IPO.
Reza Nugraha, analis MNC Securities menambahkan, kualitas emiten-emiten baru di tahun ini juga relatif kurang menarik bagi investor. Dari size IPO, misalnya, banyak di antara mereka hanya mencari dana kurang dari Rp 100 miliar. Ini tentunya akan menyulitkan likuiditas saham tersebut di pasar. "Faktor kualitas dan pasar secara umum yang sedang bearish semakin membuat investor berhati-hati bermain di saham IPO," jelas Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News