kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penggunaan batubara mau dibatasi, emiten genjot diversifikasi


Senin, 15 November 2021 / 15:19 WIB
Penggunaan batubara mau dibatasi, emiten genjot diversifikasi
ILUSTRASI. PT Indika Energy Tbk (INDY)


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP26 yang digelar di Glasgow, Skotlandia beberapa waktu lalu, akhirnya membuahkan draf (rancangan) kesepakatan ketiga terkait penghapusan batubara secara bertahap dan mengakhiri subsidi untuk bahan bakar fosil.

Rancangan tersebut mendesak banyak negara untuk segera meningkatkan penggunaan pembangkit listrik bersih dengan menghapuskan sumber energi yang menggunakan tenaga batubara.

Sejumlah emiten tambang batubara dalam negeri sebenarnya sudah mulai mendiversifikasikan bisnisnya ke sektor nonbatubara, seperti ke segmen energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya PT Indika Energy Tbk (INDY) yang bertransisi dan mendiversifikasi portofolio bisnis termasuk mengeksplorasi pengembangan EBT sejak 2018.

“Kami akan semakin memperkuat diversifikasi sebagai bagian dari komitmen kami mewujudkan target 50% pendapatan dari sektor non batubara pada tahun 2025, dan mencapai net-zero pada 2050,” terang Ricky Fernando, Head of Corporate Communication Indika Energy kepada Kontan.co.id, Senin (15/11).

Baca Juga: Gencar ekspansi, Catur Sentosa Adiprana (CSAP) sudah menambah empat gerai Mitra10

INDY tercatat memiliki sejumlah bisnis anyar yang berkaitan dengan pengembangan energi hijau. Salah satunya adalah segmen kendaraan listrik roda dua dengan mendirikan perusahaan bernama PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada awal April 2021 lalu.

INDY menguasai 99,9975% saham PT EMI, dan sisanya sebanyak 0,0025% dikuasai oleh PT Indika Energy Infrastructure (IEI) yang juga merupakan anak usaha INDY. Ricky menyebut, sejauh ini masih bisnis kendaraan listrik INDY masih di dalam tahap awal pengembangan dan dalam proses finalisasi rencana bisnis.

INDY juga merangsek ke segmen pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Maret 2021 lalu, emiten pertambangan batubara ini mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS), sebuah perusahaan penyedia solusi tenaga surya terintegrasi di Indonesia.

Inisiatif ini dilakukan melalui kemitraan dengan Fourth Partner Energy, pengembang solusi tenaga surya terdepan asal India, yang secara mayoritas Fourth Partner Energy dimiliki oleh The Rise Fund, social impact fund terbesar di dunia.

Baca Juga: Meskipun penjualan naik, laba Siantar Top (STTP) turun 9,61% di kuartal III-2021

Ricky menyebut, hingga saat ini EMITS ditargetkan untuk dapat berkontribusi sebesar US$ 271 juta pada pendapatan INDY di tahun 2025. Selain ke segmen energi terbarukan, diversifikasi bisnis juga dilakukan INDY di segmen solusi berbasis alam (nature-based solutions), pertambangan emas, dan teknologi digital.

Di segmen emas, melalui anak perusahaannya, PT Indika Mineral Investindo (IMI), INDY telah merampungkan pengambilalihan seluruh modal yang telah disetor dan ditempatkan di Nusantara Resources Limited (NUS).

Dengan demikian, INDY telah resmi memiliki 100% saham Nusantara Resources dan 100% saham Masmindo. Masmindo adalah anak perusahaan Nusantara yang memegang Kontrak Karya (KK) dan mengelola tambang emas Awak Mas.

“Melalui transaksi ini juga, Indika Energy akan mengendalikan Masmindo sepenuhnya, sehingga secara efektif dapat meningkatkan eksposur perusahaan di sektor pertambangan emas,” terang Ricky.

Diversifikasi ke segmen non batubara, khususnya energi hijau, juga dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA).  Emiten pelat merah ini berencana mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di lahan bekas tambangnya yang sudah dibebaskan. PLTS tersebut rencananya akan dibangun di Ombilin (Sumatra Barat), Tanjung Enim (Sumatra Selatan), dan Bantuas (Kalimantan Timur).

Nantinya, kapasitas yang ditargetkan terpasang untuk proyek ini mencapai 200 megawatt (MW) untuk masing-masing pembangkit. Saat ini, proyek PLTS masih dalam tahap pembahasan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk bisa menjadi independent power producer (IPP).

Sebagai persiapan untuk masuk ke bisnis PLTS dalam skala besar, PTBA sudah melakukan commercial operation date (COD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta yang sudah beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.

Selanjutnya: Totalindo Eka Persada (TOPS) mampu bukukan laba bersih di kuartal III 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×