Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Fitch Ratings kemarin (12/7) mengerek peringkat (rating) kredit jangka panjang PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dalam mata uang asing dan rupiah dari BB menjadi BB+. Pada saat bersamaan, Fitch juga meningkatkan peringkat nasional jangka panjang PGAS dari AA menjadi AA+. Adapun prospek peringkat ini adalah stabil.
Fitch mengungkapkan, kenaikan peringkat ini merefleksikan kekuatan finansial dan operasional perusahaan gas pelat merah itu yang kian solid. Kondisi ini tergambar dari beberapa faktor.
Pertama, penyelesaian pipanisasi jalur Sumatra Selatan-Jawa Barat, sejak bulan Agustus 2008. Kedua, ekspektasi penyelesaian proyek distribusi Jawa Barat rampung tahun 2011 mendatang, setelah molor dari tahun 2009. Ketiga, peningkatan permintaan gas yang bakal mengubah volume distribusi gas dan arus kas operasional perusahaan.
Peningkatan peringkat ini juga merefleksikan dominannya posisi PGAS dalam sektor transmisi dan distribusi gas di Indonesia.
Likuiditas PGAS juga terlihat cukup kuat dengan posisi kas mencapai Rp 8,2 triliun per Maret 2010. Di luar itu, komposisi utang PGAS didominasi utang bank jangka panjang, yakni mencapai 60% dari total utang Rp 15,2 triliun. Tentu ini meringankan beban finansial PGAS.
Dalam catatan Fitch, PGAS tahun ini menganggarkan belanja modal sebanyak US$ 200 juta-US$ 250 juta. PGAS merencanakan sebagian dana ini untuk pembangunan konstruksi LNG Receiving Terminal di Jawa Barat. Jadi, ini berpotensi menggenjot pendapatan mereka ke depan.
Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PGAS, saat dikonfirmasi mengatakan, manajemen memang telah berupaya untuk mengelola utang perusahaan dengan baik. Hendi juga mengatakan, pemerintah sudah menggariskan agar proyek LNG Receiving Terminal di Jawa Barat kelar sekitar September 2011.
Namun Hendi bilang, ada faktor eksternal terkait proyek di Jawa Barat yang di luar kendali PGAS. "Ini berkaitan dengan permasalahan harga dan kepastian pasokan," terang Hendi, kemarin (12/7).
Hendi menambahkan, manajemen PGAS sudah berupaya maksimal agar permasalahan tersebut bisa segera selesai. Sebenarnya, PGAS hanya berharap bisa mendapat kepastian soal pihak yang nanti memasok kebutuhan gas di proyek LNG Receiving Terminal itu. Seandainya, PGAS juga yang mesti mengimpor gas, PGAS perlu terlebih dahulu mendapat persetujuan pemerintah selaku pemilik 56,97% saham mereka.
Sekadar mengingatkan, pendapatan PGAS selama tiga bulan pertama 2010 mencapai Rp 4,49 triliun. Angka ini cuma naik 0,22% dari periode yang sama tahun sebelumnya, senilai Rp 4,48 triliun.
Sementara itu, posisi laba bersih PGAS tercatat Rp 1,77 triliun atau meningkat 45,08% dari periode sama 2009, sebesar Rp 1,22 triliun. Hingga penutupan perdagangan kemarin, saham PGAS dihargai di level Rp 4.025 per saham. Itu berarti, naik 1,9% dari posisi akhir pekan lalu (9/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News