Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi menyehatkan kinerja keuangan serta mengurangi beban utang, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) diproyeksi akan terus malakukan divestasi jalan tol. Diketahui, emiten plat merah ini pun berencana untuk melepas aset jalan tol hingga tahun 2025 mendatang.
Pengamat BUMN dari FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan, jika melihat kondisi Waskita Karya saat ini, asset recycling berupa divestasi jalan tol memang mendesak untuk dilakukan. Kendati begitu, Toto memberikan sejumlah catatan agar kondisi bisnis dan keuangan WSKT bisa pulih secara berkelanjutan.
Dalam hal ini, Toto merunut bahwa dalam kurun 7 tahun - 8 tahun belakangan, WSKT tidak lagi hanya sebagai kontraktor, melainkan telah bertransformasi menjadi perusahaan investasi. Dengan konsep ini, WSKT melakukan langkah agresif melakukan banyak investasi dalam pembangunan jalan tol.
"Tujuannya supaya setelah selesai pembangunan ruas jalan tol,maka bisa dilakukan divestasi. Margin dari model bisnis ini dianggap lebih tinggi dibandingkan WSKT hanya sekedar menjadi kontraktor saja," kata Toto saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/11).
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) divestasi seluruh aset tol pada 2025
Masalahnya, proses divestasi ini tak berjalan mulus. Khususnya lantaran kondisi ekonomi dan bisnis juga ikut ambruk dilanda pandemi. Akibatnya, investor relatif tak agresif untuk menyerap divestasi aset jalan tol.
Di sisi lain, sebagian besar belanja modal atau investasi untuk membangun jalan tol dibiayai dengan instrumen utang, yang mana bunga serta pokok jatuh tempo harus dibayar. Dari segi bisnis, kinerja WSKT pun ikut terdampak pandemi.
"Maka semakin berat saja pengelolaan keuangan di korporasi ini. Revenue bisa turun sampai dengan 80%, sementara penurunan delta biaya tidak bisa sebesar itu (terdampak pandemi). Jadi divestasi adalah langkah prioritas yang harus dikerjakan supaya bisa mengurangi tekanan keuangan di WSKT," jelas Toto.
Dalam divestasi jalan tol ini, Toto berharap agar Lembaga Pengelola Investasi (LPI)/Indonesia Investment Authority (INA) bisa menunjukkan perannya. Di sisi lain, Toto menekankan bahwa ke depan WSKT perlu memiliki struktur financing yang lebih seimbang, yang mana unsur equity bisa lebih diperbesar.
"Rencana LPI masuk sebagai investor di sektor infrastruktur patut disambut dengan baik," kata Toto.