kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan reksadana terproteksi diprediksi baru ramai pada paruh kedua tahun ini


Jumat, 22 Januari 2021 / 10:05 WIB
Penerbitan reksadana terproteksi diprediksi baru ramai pada paruh kedua tahun ini


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 bukanlah tahun untuk reksadana terproteksi. Hal ini terlihat dari dana kelolaan reksadana terproteksi menunjukkan kinerja suram. 

Pada awal 2020, merujuk data Infovesta Utama, jumlah dana kelolaan reksadana terproteksi tercatat sebanyak Rp 141,62 triliun. Namun pada akhir tahun kemarin, jumlah dana kelolaannya justru turun menjadi Rp 137,4 triliun. Jumlah produk pun turun dari 894 produk reksadana terproteksi pada 2019 menjadi hanya 872 pada 2020

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, turunnya AUM reksadana terproteksi tidak terlepas dari beberapa produk reksadana terproteksi yang sudah jatuh tempo, tapi Manajer Investasi tidak mengganti dengan produk baru.

Hal tersebut imbas dari pandemi yang telah membuat penerbitan obligasi baru menjadi lebih terbatas, sehingga pilihan portofolio yang bisa menjadi underlying asset terproteksi pun berkurang. Walau demikian, Wawan optimistis penerbitan reksadana terproteksi pada tahun ini akan lebih baik, khususnya pada paruh kedua.

Baca Juga: Sempat loyo, penerbitan produk reksadana dinilai akan lebih ramai tahun ini

“Untuk semester pertama, (penerbitan produk baru) kemungkinan belum signifikan. Kalau untuk semester dua kan dampak vaksin dan pemulihan ekonomi diharapkan sudah terlihat. Sehingga kemungkinan akan banyak korporasi yang akan menerbitkan obligasi dan turut memicu penerbitan reksadana terproteksi,” terang Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (21/1).

Namun, Wawan tak menampik minat investor terhadap reksadana terproteksi sedikit mengalami penurunan, apalagi dari sisi investor ritel. Ia menyebut, selama pandemi ada perubahan minat risiko investor yang jadi lebih berhati-hati dan punya kebutuhan likuiditas lebih tinggi. Terlebih, imbal hasil yang ditawarkan pun terus turun di saat pandemi.

Apalagi, Wawan mengatakan reksadana terproteksi akan memiliki tantangan tersendiri pada tahun ini. Pasalnya, sekarang pajak yang dikenakan ke reksadana akan meningkat dari 5% menjadi 10%.

“Walaupun demikian, reksadana terproteksi masih akan jadi salah satu pilihan instrumen investasi yang menarik. Asalkan, pilih produk yang aman, yakni rating single A ke atas. Saat ini untuk obligasi dengan rating AAA bisa mendapatkan imbal hasil 6,6%-7% dan yang rating A bisa mendapatkan imbal hasil 8-9% per tahun,” tutup Wawan

Baca Juga: Dirilis pekan depan, ini beda IDX Industrial Classification (IDX-IC) dengan JASICA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×