Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Dampak suku bunga yang masih tinggi pun dapat meluas dan bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global, terutama pada negara-negara mitra dagang. Jika ekspor dan nilai tukar terganggu, maka bakal menjadi downside risk bagi ekonomi dalam negeri.
“Selain berdampak terhadap perusahaan-perusahaan berbasis ekspor, kondisi ini bisa membuat rupiah lebih volatile, yang mana pada akhirnya meningkatkan premi risiko yang diminta investor global ketika masuk ke pasar domestik,” jelas Darto.
Menurut Darto, seiring suku bunga yang tinggi dan ketidakpastian eksternal, investor nantinya akan lebih memilih untuk menginvestasikan dananya pada negara yang dinilai memiliki risiko relatif lebih rendah seperti negara-negara maju.
Kalaupun menargetkan pasar negara berkembang, investor akan selektif yakni hanya memilih negara-negara dengan neraca pembayaran yang tangguh.
“Potensi arus keluar modal asing membuat imbal hasil (yield) benchmark berada pada tekanan dan kupon bertahan di level yang tinggi. Selain itu, ketidakpastian akan mendorong investor untuk memegang aset safe havens atau kas guna memanfaatkan momentum jangka pendek di pasar keuangan,” pungkas Darto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News