Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan total penerbitan obligasi korporasi hingga akhir tahun ini sekitar Rp 122,48 triliun-Rp 137,57 triliun. Sebagian besar surat utang korporasi yang bakal diterbitkan di sisa tahun ini digunakan untuk kebutuhan modal kerja.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengungkapkan, realisasi penerbitan surat utang korporasi per akhir pekan lalu yakni tanggal 10 November 2023 telah mencapai Rp114,37 triliun. Ini artinya masih terdapat potensi penerbitan lagi hingga akhir tahun 2023.
Sepanjang kuartal keempat, Pefindo mencatat bahwa perusahaan banyak menerbitkan obligasi dengan tujuan penggunaan dana untuk Modal Kerja sekitar 52%. Lalu diikuti untuk kebutuhan Investasi sekitar 24%, pembiayaan kembali atau refinancing sebesar 21% dan kebutuhan lain-lain sebesar 3%.
“Kami mengekspektasikan setidaknya akan ada penambahan Rp 8 triliun lagi surat utang korporasi yang diterbitkan,” kata Darto saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/11).
Baca Juga: Mandala Finance Andalkan Perbankan dan Obligasi untuk Pendanaan Tahun Depan
Darto tidak melihat adanya penambahan signifikan dalam penerbitan surat utang korporasi di sisa tahun 2023. Namun nominal penerbitan tahun ini masih sejalan dengan jumlah total surat utang jatuh tempo di tahun 2023 sekitar Rp 126,9 triliun.
Kendati prospek suku bunga diekspektasikan sudah mencapai puncak, namun masih sangat berisiko bagi perusahaan untuk menawarkan surat utang saat ini. Sebab, suku bunga Bank Indonesia (BI) masih berada di posisi yang relatif tinggi yang bisa memperbesar ongkos penerbitan.
Darto menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan baru-baru ini menjadi 6% membuat biaya pinjaman dan imbal hasil yang diminta investor menjadi lebih tinggi. Padahal, korporasi menginginkan biaya yang lebih murah untuk mendukung leverage keuangan yang sehat.
“Kondisi ini kemudian mempengaruhi minat mereka untuk menerbitkan surat utang. Oleh karenanya, hal ini kemudian menjadi risiko bagi penerbitan surat utang korporasi di sisa waktu tahun 2023,” imbuh dia.
Baca Juga: Inflasi Inti CPI AS Turun, Pasar Obligasi Global Bergerak Positif
SVP, Head of Retail, Product Research & Distribution Divion Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menambahkan, ketidakpastian suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi masih menekan kinerja pasar obligasi Indonesia.
The Fed masih belum pasti dengan masa depan suku bunga acuannya sehingga akan berdampak pada pergerakan yield US Treasury Tenor 10 tahun. Apabila imbal hasil obligasi AS meningkat, maka bisa mengerek yield SBN 10 Tahun ikut bergerak naik dan turut berimbas pada lonjakan yield obligasi korporasi.
“Pasar obligasi diperkirakan masih akan cenderung tertekan akibat sentimen The Fed terutama ketidakpastian terkait puncak dari kebijakan suku bunga Fed. Sentimen ini mendorong kenaikan yield US yang berdampak pada keluarnya investor asing dari pasar obligasi domestik,” ucap Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (15/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News