Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Jumlah investasi alternatif dalam mata uang asing kian bertambah. Yang terbaru, PT Soechi Lines Tbk (SOCI) berencana menerbitkan surat utang dengan nilai maksimal US$ 200 juta.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, surat utang ini berlandaskan hukum New York, Amerika Serikat (AS). Obligasi global bertenor lima tahun ini memberikan bunga maksimal 10% per tahun.
Dana hasil penerbitan obligasi mengalir untuk melunasi utang anak usaha perseroan. Sebagian dana juga dialokasikan untuk pembelian kapal serta modal kerja perusahaan dan anak usaha.
Pembelian kapal untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan permintaan atas jasa penyewaan kapal. "Diharapkan penjualan dan keuntungan naik, sehingga likuiditas juga meningkat,” tulis Direktur Utama Soechi Lines Paula Marlina dalam prospektus penerbitan obligasi.
Sebelum menggelar aksi korporasi ini, perseroan ini akan meminta persetujuan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 3 Juni 2015.
Pengelola minimarket 7-Eleven, PT Modern Internasional Tbk (MDRN) juga akan menerbitkan obligasi global hingga SG$ 150 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun. Penerbitan surat utang ini dilakukan bertahap dengan tingkat bunga maksimum 10% per tahun.
Menurut rencana, dana hasil penerbitan obligasi untuk pengembangan usaha dan pembayaran kembali utang (refinancing).
Maximilianus Nico Demus, Fixed Income Samuel Sekuritas, mengatakan, surat utang SOCI menarik untuk dikoleksi. Perseroan ini memiliki prospek baik ke depan, karena menggaet pendapatan berbasis dollar Amerika Serikat (AS). "Sehingga memberikan arus kas keuangan yang lebih baik," tutur Nico.
Selain itu, obligasi SOCI memiliki nilai positif, karena dana hasil penerbitan untuk membiayai ekspansi, yakni membeli kapal. Dengan begitu, market share perusahaan ini bisa naik. "Apalagi kuponnya menarik, sekitar 10%," ujar Nico.
Sementara, prospek obligasi MDLN, masih kalah menarik ketimbang obligasi SOCI. "Obligasi MDLN akan lebih menarik jika memberi kupon yang lebih besar dibandingkan obligasi SOCI," kataNico.
Tingkat imbal hasil
Nico memperkirakan, aliran dana asing ke produk keuangan negara berkembang tahun ini akan berkurang dibandingkan tahun lalu. Penyebabnya:kenaikan risiko atas naiknya suku bunga AS.
Investor asing cenderung memburu obligasi berdenominasi mata uang asing, lantaran memiliki risiko nilai tukar lebih rendah ketimbang obligasi domestik dalam rupiah.
Kendati demikian, investor diperkirakan akan menghindari global bond korporasi perusahaan dengan komposisi pendapatan non-dollar yang besar. Tajamnya pelemahan nilai tukar rupiah memicu kenaikan risiko gagal bayar. Harga global bond di pasar sekunder ikut ikut anjlok.
"Dengan kata lain, perusahaan dengan dominasi pendapatan dalam rupiah yang ingin menerbitkan obligasi dollar, harus menawarkan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi," imbuh Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News