CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.952   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.219   4,46   0,06%
  • KOMPAS100 1.104   1,73   0,16%
  • LQ45 878   2,09   0,24%
  • ISSI 218   0,18   0,08%
  • IDX30 449   1,01   0,23%
  • IDXHIDIV20 542   2,07   0,38%
  • IDX80 127   0,23   0,18%
  • IDXV30 136   0,49   0,36%
  • IDXQ30 150   0,41   0,28%

Penerbitan Global Bond Indonesia Masih Dalam Batas Aman, Begini Kata Analis


Senin, 09 September 2024 / 20:08 WIB
Penerbitan Global Bond Indonesia Masih Dalam Batas Aman, Begini Kata Analis
ILUSTRASI. Risiko penerbitan surat utang global bond pemerintah dinilai masih dalam batas managable.


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam denominasi dua mata uang asing (dual currency) yaitu dalam dolar AS (USD) dan euro (EUR) pada Rabu (4/9). 

Kepala Ekonom BCA David Sumual mencermati penerbitan surat utang di tengah kenaikan utang memang berisiko, salah satunya adalah risiko refinancing.

Kendati demikian, ia melihat kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil yaitu pertumbuhan cukup kuat dan inflasi terjaga. Selain itu, rasio utang terhadap PDB Indonesia juga masih dalam batas wajar yakni 38,68% PDB pada Juli 2024.

Baca Juga: Pemerintah Rilis Global Bond Dual Currency, Nilainya US$ 1,8 Miliar dan EUR 750 Juta

Dengan demikian, menurut David risiko penerbitan surat utang ini masih dalam batas manageble. 

Sementara jika dibandingkan dengan negara peers seperti Malaysia dan Thailand, secara historis menawarkan yield yang lebih rendah dari Indonesia. 

David mencontohkan yield Government bond tenor 10 tahun Malaysia saat ini sekitar 3,8%, Thailand sekitar 2,96%, dan Vietnam sekitar 2,73%. Dengan demikian surat utang yang diterbitkan pemerintah saat ini lebih menarik bagi investor yang mencari imbal hasil lebih tinggi. 
Adapun untuk SUN tenor 10 tahun, David memprediksi akan ada di kisaran 6,2% sampai 7%.

"Secara keseluruhan profil utang masih cukup aman seiring dengan kondisi ekonomi yang cukup terjaga, tercerminkan dari penilaian S&P dan Fitch yang tetap mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada BBB dengan outlook stabil," kata David kepada KONTAN, Senin (9/9). 

Sementara itu Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula mengatakan bahwa risiko surat utang ini masih relatif terkendali bagi investor. 

Tetapi ia menegaskan bahwa di dalam RAPBN 2025, defisit anggaran dipatok 2,53% dari PDB, lebih rendah dibanding perkiraan tahun ini di 2,7% dari PDB. Maka rasio utang terhadap PDB pemerintah masih di rentang yang aman terjaga di bawah batas 3%. 

Baca Juga: Asumsi Rupiah dan Bunga SBN Kembali Berubah

Dengan demikian defisit anggaran Indonesia masih jauh dibawah negara-negara lain di kawasan dan global. 

"Selain itu dengan ekspektasi pemangkasan Fed rate akan mendorong imbal hasil US Treasury turun. Kondisi ini jadi sentimen positif untuk Indon global bond, terbukti dari orderbook yang oversubscribed," kata Ezra KONTAN, Senin (9/9).

Ezra juga juga perkirakan imbal hasil SBN bisa turun ke 6% sampai 6,25%.

Chief Dealer Fixed Income & Derivatives PT Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo menambahkan pemerintah tentu sudah mempertimbangkan kondisi market, dan kondisi saat ini yang mana suku bunga masih tinggi. Hal ini kemudian menjadi faktor menarik bagi para investor. 

"Para investor melihat tren suku bunga akan terjadi penurunan, dalam penerbitan tersebut ada demand yang tinggi, terlebih karena investor masih mencari asset sebelum terjadi penurunan suku bunga," jelas Fudji kepada KONTAN, Senin (9/9). 

Sementara untuk imbal hasil SUN tenor 10 tahun, Fudji memproyeksi pada akhir tahun berada pada level 6,5% sampai 6,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×