kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.289   -194,00   -1,21%
  • IDX 6.992   -116,03   -1,63%
  • KOMPAS100 1.043   -21,20   -1,99%
  • LQ45 818   -16,03   -1,92%
  • ISSI 213   -3,42   -1,58%
  • IDX30 418   -8,84   -2,07%
  • IDXHIDIV20 504   -9,78   -1,91%
  • IDX80 119   -2,49   -2,05%
  • IDXV30 125   -2,25   -1,77%
  • IDXQ30 139   -2,60   -1,83%

Pendapatannya Mulai Berangsur Pulih, Cek Rekomendasi Saham Emiten Menara Berikut Ini


Sabtu, 02 Desember 2023 / 12:00 WIB
Pendapatannya Mulai Berangsur Pulih, Cek Rekomendasi Saham Emiten Menara Berikut Ini
ILUSTRASI. Seorang teknisi melakukan perawatan rutin menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di kampus Universitas Darma Persada, Jakarta, Rabu (2/11). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja top line sejumlah emiten menara telekomunikasi berangsur-angsur mulai kembali pulih. Namun laba bersih beberapa emiten masih mengalami tekanan akibat bengkaknya biaya-biaya. 

Misalnya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang mencetak pendapatan senilai Rp 4,95 triliun per September 2023. Ini naik 0,62% secara tahunan atawa year on year (YoY) dari Rp 4,92 triliun. 

Namun kinerja keuangan TBIG masih dibebani oleh beberapa beban. Per 30 September 2023, TBIG mencatatkan rugi selisih kurs senilai Rp 6,6 miliar.  Pos beban kerugian kredit ekspetasian aset keuangan mencapai Rp 26,6 miliar. Pos beban keuangan pinjaman dan surat utang mencapai Rp 12,5 triliun. 

Kemudian pos beban keuangan lainnya naik dari Rp 100,27 miliar menjadi Rp 185,44 miliar. Terakhir pos beban lainnya naik dari Rp 29,08 miliar menjadi Rp 50,48 miliar. 

Baca Juga: Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham EXCL, Simak Ulasannya

Alhasil, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TBIG turun 8,54% secara tahunan menjadi Rp 1,11 triliun dari Rp 1,22 triliun per kuartal III-2022. 

Direktur Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso bilang memang penambahan sewa bersih TBIG salah satunya disebabkan oleh rekonfigurasi Indosat Ooredoo Hutchinson. 

"Ke depannya, kami terus memperkuat dan mendiversifikasi sumber pendanaan utang perusahaan," kata dia, Selasa (28/11). 

Nasib serupa juga dialami oleh PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Pendapatan TOWR tumbuh 7,55% YoY menjadi Rp 8,71 triliun per September 2023 dari Rp 8,10 triliun.  Namun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk TOWR turun 5,20% secara tahunan dari Rp 2,55 triliun menjadi Rp 2,41 triliun.  

Tekanan itu berasal membengkaknya beban pokok pendapatan TOWR. Dalam periode Januari–September 2023, pos beban ini naik 12,91% YoY menjadi Rp 2,46 triliun.

Di sisi lain, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel masih mampu mempertahankan pertumbuhan kinerjanya. Laba tahun berjalan Mitratel naik 16,59% YoY menjadi Rp 1,43 triliun per September 2023. Pada periode yang sama di 2023, laba bersih MTEL sebesar Rp 1,22 triliun. 

Capain itu sejalan dengan pertumbuhan pendapatan Mitratel sebesar 11,88% secara tahunan menjadi Rp 6,27 triliun per kuartal III-2023 dari Rp 5,06 triliun. 

 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Fokus Diversifikasi Bisnis, Simak Rekomendasi Sahamnya

Rekomendasi Saham 

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menyampaikan diantara ketiga emiten itu, kinerja Mitratel yang masih berpotensi terus bertumbuh karena beberapa hal. 

Pertama, MTEL punya pelanggan utama yang kuat yaitu PT Telekomunikasi Selular alias Telkomsel dan tidak memiliki bisa atau berencana untuk mengakuisisi menara di luar Grup Telkom. 

"Itu bisa menjamin pendapatan Mitratel sehingga penurunan kinerja top line MTEL akan terbatas alias limited downside," jelas Robertus saat ditemui Kontan kemarin. 

Kedua, MTEL punya posisi kuat di luar Pulau Jawa. Robertus menyebut ini berpotensi mendorong pendapatan dari PT Indosat Tbk (ISAT) ke Mitratel yang tengah gencar menyasar Indonesia bagian timur. 

Untuk bisa membatasi penurunan kinerja yang ada, Robertus menyarankan para emiten menara telekomunikasi untuk melakukan diversifikasi bisnis pelengkap infrastruktur jaringan seperti fiber optik. 

Analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin mencermati, suku bunga yang masih tinggi dan peluang penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menekan kinerja para emiten. 

"Beberapa perusahaan saat ini tampaknya memiliki leverage yang tinggi. Mengingat ada kenaikan kebutuhan belanja modal beberapa tahun terakhir," jelas dia dalam riset. 

Indo Premier Sekuritas menyematkan peringkat overweight untuk sektor menara. Sementara, top picks Mirae Asset Sekuritas jatuh pada MTEL dengan target harga di Rp 890 dan rekomendasi trading buy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×