Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja positif PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada semester I 2025 diproyeksikan masih bertumbuh hingga akhir tahun ini. Hal itu terutama didorong oleh harga crude palm oil (CPO) yang masih tinggi hingga akhir tahun.
Asal tahu saja, anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) itu mencatat pendapatan bersih tercatat sebesar Rp 14,44 triliun per semester I 2025. Ini naik 40,07% dari Rp 10,31 triliun per semester I 2024.
AALI pun mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih sebesar Rp 702,12 miliar per 30 Juni 2025, naik 40,13% dari Rp 501,04 miliar di periode sama tahun lalu.
Baca Juga: Laba Astra Agro Lestari (AALI) Naik 40,13% di Semester I-2025
Melansir laman resmi perseroan, AALI mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 1,49 juta ton per semester I 2025. Produksi CPO sebesar 601 ribu ton dan produksi palm kernel (PK) sebanyak 125 ribu ton per akhir Juni 2025.
Kinerja AALI per semester I didorong oleh kenaikan harga CPO. Melansir Trading Economics, Rabu (27/8), harga CPO bertengger di level MYR 4.510 per ton. Harga itu naik 1,49% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, permintaan yang stabil dari dalam dan luar negeri juga membuat kinerja AALI mengalami peningkatan.
“Dengan adanya penerapan B50 nanti, akan semakin memberikan dampak positif lagi. (Peningkatan kinerja) bisa berlanjut di semester II,” ujarnya kepada Kontan, Senin (25/8).
Senada, Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kenaikan kinerja AALI sepenuhnya didorong kuatnya harga CPO.
“Average selling price (ASP) mereka kemungkinan masih akan bagus dengan tren harga CPO global saat ini,” ujarnya kepada Kontan, Senin.
Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Alokasikan Capex Rp 1,5 Triliun, Ini Rencana Pengunaannya
Analis Bahana Sekuritas, Abdusshomad Cakra Buana mengatakan, harga CPO global masih akan bertengger di Rp 4.500 per ton didorong oleh kewajiban B50. Jika kebijakan ini diterapkan, konsumsi CPO domestik bisa mencapai 17,2 juta ton di tahun 2026 dan berpotensi menyebabkan defisit ketersediaan minyak sawit.
“Ini bisa menyebabkan peningkatan harga rerata jual alias average selling price (ASP) CPO dan juga laba per saham dasar,” ujarnya dalam riset tertanggal 1 Agustus 2025.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Abdusshomad melihat, pendapatan AALI diproyeksikan bisa mencapai Rp 27,57 triliun dan laba bersih mencapai Rp 1,84 triliun. Artinya, raihan pendapatan dan laba AALI masing-masing sudah mencapai 65% dan 62% dari proyeksi target di akhir 225.
Pertumbuhan laba ditopang oleh peningkatan aset biologis dan penurunan beban. “Sementara, kuatnya pendapatan disebabkan oleh penjualan segmen palm kernel dan CPO,” katanya.
Kiswoyo melihat, tren harga CPO global kemungkinan masih bakal bertahan di atas MYR 4.000 per ton hingga akhir tahun 2025. Hal itu akan menjadi sentimen utama pendorong kinerja AALI hingga Desember nanti. “Permintaan India dan China juga masih stabil ke depan. Dampaknya positif,” ungkapnya.
Melansir RTI, saham AALI sudah naik 15,73% secara YTD. Price to earning ratio (PER) AALI sebesar 9,83x dan price to book value (PBV) 0,60x.
Kiswoyo melihat valuasi saham AALI masih bagus dan menarik. Dia pun merekomendasikan beli untuk AALI dengan target harga Rp 12.000 per saham hingga tahun 2026.
Sementara, Abdusshomad merekomendasikan hold untuk AALI dengan target harga Rp 7.100 per saham.
Selanjutnya: Wall Street Reli: S&P 500 Catat Rekor Penutupan Tertinggi Lagi
Menarik Dibaca: IHSG Masih Berpotensi Menguat, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (28/8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News