Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk mencatatkan kinerja yang cemerlang di semester I 2021. Emiten dengan kode saham INAF di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu, membukukan pendapatan tumbuh 90% yoy menjadi Rp 849,32 miliar dari sebelumnya Rp 447,29 miliar di semester I 2020.
Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan, pada tahun ini INAF terus berupaya menangkap peluang yang ada demi mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Peluang tersebut dapat diwujudkan dengan dilaksanakannya kebijakan turn around management yang sebenarnya telah dilakukan sejak tahun lalu. Kebijakan ini pada dasarnya berfokus pada tiga hal, yakni pengembangan portofolio produk dan bisnis, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan optimalisasi kegiatan operasional.
Selama pandemi Covid-19, Indofarma gesit meluncurkan produk obat-obatan dan alat kesehatan yang berhubungan dengan pandemi Covid-19. Misalnya saja, di segmen farmasi, INAF meluncurkan produk Oseltamivir, Invermectin, Desrem, dan Zinkid.
Baca Juga: Ini penyebab lesunya pergerakan saham-saham berfundamental bagus
Setelah mencatatkan kinerja yang cemerlang di kuartal I 2021, Indofarma kembali menorehkan kinerja positif di sepanjang semester I 2021.
Arief mengatakan, pada semester I 2021, INAF mencatatkan penjualan bersih senilai Rp 849,32 miliar atau tumbuh 90% yoy dibanding semester I 2020.
"Peningkatan penjualan ini ditopang oleh penjualan obat-obatan dan alat kesehatan yang berkaitan dengan penanganan Covid-19," ujarnya dalam paparan publik secara virtual, Jumat (30/7).
Arief membeberkan, selama pandemi Covid-19, produk farma dan alat kesehatan yang tidak berkaitan dengan penanganan pandemi, mengalami penurunan permintaan. Sedangkan, permintaan produk farma dan alat kesehatan untuk penanganan Covid-19 naik signifikan.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, Indofarma mencatatkan EBITDA di 2021 sebesar Rp 187 miliar atau melonjak 685% yoy dari yang sebelumnya Rp 24 miliar.
Arief menjelaskan lebih lanjut, liabilitas INAF meningkat sebesar 9% dari semula Rp 1,38 triliun menjadi Rp 1,51 triliun pada semester pertama tahun 2021. Adapun aset mengalami peningkatan 7% dari semula Rp 1,82 triliun menjadi Rp 1,95 triliun.
Dengan adanya penerapan kebijakan akuntansi PSAK 71 di tahun 2021, Indofarma mencadangkan penurunan nilai piutang sebesar Rp 110,54 miliar. Hal tersebut merupakan bagian dari aspek kepatuhan terhadap regulasi PSAK 71 dan tindakan prudent Indofarma.
Direktur Keuangan Indofarma Sahat Sihombing mengatakan, sempai dengan Juni 2021 Indofarma mencatatkan pengeluaran belanja modal Rp 1,1 miliar keperluan membeli fluid bed dryer. "Di tahun ini Indofarma tidak menganggarkan belanja modal secara khusus," ujarnya.
Selanjutnya: Indofarma (INAF) kombinasikan alat tes Covid-19 buatan lokal dan impor
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News