Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Per 30 September 2020, total pinjaman ( debt) TBIG mencapai Rp 22,41 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) Rp 10,2 triliun. Angka ini didapat dengan memperhitungkan pinjaman dalam mata uang dollar AS yang telah dilindung nilai dan diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 574 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp 21,83 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) TBIG menjadi Rp 9,63 triliun.
Kemudian, EBITDA TBIG per 30 September 2020 adalah sebesar Rp 3,4 triliun dan EBITDA disetahunkan Rp 4,72 triliun. Menggunakan EBITDA triwulan ketiga 2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,04 kali dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA sebesar 4,63 kali.
"Jumlah ini di bawah ketentuan surat utang kami yang mensyaratkan rasio total pinjaman (diukur dengan menggunakan kurs lindung nilai) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan untuk tidak lebih dari 6,25 kali," kata Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) akan menerbitkan surat utang global US$ 700 juta
Menurut dia, bisnis perusahaannya memiliki arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan berulang yang dapat diprediksi dari pelanggan telekomunikasi.
"Pertumbuhan kolokasi TBIG yang kuat telah menurunkan rasio leverage secara signifikan dari 5,04 kali pada akhir tahun 2019 menjadi level 4,63 kali," ucap Helmy.
Helmy menambahkan, kreditur TBIG juga tetap berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan TBIG, baik secara organik dan anorganik.
Pada bulan September 2020, TBIG memiliki program baru Obligasi Rupiah Berkelanjutan IV dengan target dana dihimpun Rp 7 triliun yang berlaku selama dua tahun. TBIG juga memiliki arus kas operasional yang kuat dan komitmen Fasilitas Revolving Credit yang signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News