kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendapatan Astra International (ASII) menyusut 23%, ini rekomendasi analis


Rabu, 29 Juli 2020 / 22:05 WIB
Pendapatan Astra International (ASII) menyusut 23%, ini rekomendasi analis
ILUSTRASI. Logo PT Astra International Tbk ASII di puncak gedung?Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Astra International Tbk telah merilis realisasi kinerja sepanjang paruh pertama tahun 2020. Emiten bersandi ASII ini mencetak pendapatan bersih sebesar Rp 89,8 triliun pada semester 1 2020 atau menyusut 23% ketimbang pendapatan pada periode yang sama tahun lalu.

Walaupun pendapatan menyusut, namun laba bersih Grup Astra meningkat 16% menjadi sebesar Rp 11,4 triliun karena memperoleh keuntungan dari penjualan saham Bank Permata.

Pada bulan Mei 2020 silam, Grup Astra menyelesaikan penjualan 44,56% sahamnya di Bank Permata dengan nilai transaksi bersih Rp 16,8 triliun.

Baca Juga: Pendapatan Astra (ASII) susut 23%, penjualan Bank Permata (BNLI) mendongkrak laba

Jika tidak memasukkan keuntungan penjualan Bank Permata, laba bersih Grup Astra menurun 44% menjadi Rp 5,5 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19.

Kalau dilihat dari segmennya, laba bersih dari divisi otomotif menurun 79% menjadi Rp 716 miliar karena penurunan volume penjualan yang signifikan pada kuartal kedua.

Penjualan mobil Astra merosot 45% menjadi 139.500 unit, dengan pangsa pasar stabil sebesar 53%. Pada kuartal kedua tahun 2020, penjualan mobil Astra menurun 92%, dibandingkan dengan kuartal pertama 2020.

Penjualan sepeda motor Honda Astra juga melambat 40% menjadi 1,5 juta unit, dengan pangsa pasar meningkat dari 75% menjadi 77%. Pada kuartal kedua tahun 2020, penjualan sepeda motor Astra 80% lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama.

Kemudian bisnis komponen otomotif melalui PT Astra Otoparts Tbk mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 296 miliar, padahal pada periode yang sama tahun lalu masih mencatat laba bersih sebesar Rp 246 miliar.

Baca Juga: IHSG Hari Ini Terkoreksi, Asing Masih Rajin Jualan Saham TLKM dan BBRI

Pada lini bisnis pembiayaan konsumen juga mengalami penyusutan nilai pembiayaan sebesar 16% menjadi Rp 35,3 triliun. Kontribusi laba bersih dari perusahaan yang fokus pada pembiayaan mobil merosot 24% menjadi Rp 545 miliar.

Sementara kontribusi laba bersih dari PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor turun 25% menjadi Rp 918 miliar.

Kemudian laba dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi juga menyusut 29% menjadi Rp 2,4 triliun, yang mana disebabkan oleh penjualan alat berat dan volume kontrak penambangan yang lebih rendah, akibat melemahnya harga batubara.

Sementara laba bersih dari divisi Agribisnis Grup mencapai Rp 312 miliar, meningkat secara signifikan dibandingkan laba bersih pada semester pertama tahun 2019, karena harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.

Dari divisi properti Grup juga melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp 32 miliar menjadi Rp 71 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences.

Baca Juga: Saham-saham ini paling banyak diobral asing kemarin, Kamis (23/7)

Menurut Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, hasil dari penjualan saham Bank Permata belum cukup mendukung kenaikan laba usaha ASII yang masih lebih rendah ketimbang periode semester 1 tahun lalu.

"Secara sentimen tentunya akan direspons negatif meskipun secara riil adalah hal yang wajar jika terjadi penurunan kinerja mengingat kondisi di kuartal II yang sudah dipastikan mengalami penurunan," ujarnya ketika dihubungi Kontan, Rabu (29/7).

Ia menambahkan, rendahnya permintaan terhadap kendaraan yang menjadi bisnis utama ASII masih menjadi tantangan untuk emiten ini. Ke depannya, kinerja ASII akan tergantung pada daya beli masyarakat.

Jika pelonggaran PSBB dapat kembali memicu daya beli, Reza memprediksi hal ini akan berimbas pada permintaan terhadap kendaraan dan bisa menjadi katalis positif untuk ASII.

Menurut Reza, apabila daya beli masyarakat kembali meningkat maka segmen otomotif menjadi segmen yang paling merasakan dampaknya. Selain itu, permintaan dari perusahaan tambang terhadap alat berat pun kembali bergairah.

Baca Juga: IHSG diprediksi melemah hari ini, cermati saham rekomendasi analis berikut

Untungnya, ASII juga memiliki diversifikasi bisnis yang cukup kuat. Misalnya saja melalui UNTR, perusahaan ini merambah ke dalam industri tambang emas. Sehingga, bisnis tersebut diharapkan bisa menjadi penopang kinerja ke depannya.

Untuk saat ini, Reza merekomendasikan pelaku pasar hold saham ASII dengan target harga Rp 5.650 per saham. Pada penutupan perdagangan Rabu (29/7) saham ASII melemah 1,93% ke harga Rp 5.075 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×