Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) akhirnya melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai emiten ke 18 tahun ini. Pada pembukaan tadi pagi, dua menit pertama, saham yang bergerak di bidang pertambangan ini melesat ke harga Rp 1.320 atau naik 12,82%. Total transaksi mencapai 410 ribu lot serta volume transaksi mencapai Rp 270 miliar.
Sebelumnya, BORN telah menawarkan sahamnya di harga Rp 1.170 per lembar saham melalui penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Jumlah saham yang dilepas sekitar 4,423 miliar saham. Artinya, dana yang dihimpun dari hajatan ini adalah Rp 5,174 triliun. Walaupun dana yang dihimpun BORN merupakan yang terbesar kedua tahun ini tapi saham ini di catatkan di papan pengembang. Menurut Direktur Penilaian Perusahaan Eddy Sugito hal ini disebabkan karena usia perusahaan yang belum berusia tiga tahun.
"Dana yang kita himpun ini akan digunkana untuk membayar hutang, penambahan kapasitas produksi juga," kata Komisaris Utama BORN Samsir Siregar dalam acara pencatatan saham perdana saham BORN di Jakarta, Jumat (26/11).
Dana hasil dari penawaran umum ini, sebanyak 35% atau Rp 1,75 triliun akan digunakan perusahaan tambang itu untuk mendanai program ekspansi kapasitas produksi batubara termasuk pengeluaran modal dan biaya pengembangan sarana dan prasarana pertambangan.
Sementara setengahnya, atau Rp 2,5 triliun akan digunakan untuk melunasi sebagian atau seluruh utang perseroan dan anak usaha. Saat ini, debitur yang sudah memberi utang kepada perseroan diantaranya Sinarmas Sekuritas, Bank CIMB Niaga, serta RZB Bank. Sedangkan sisanya sebanyak Rp 650 miliar atau setara 13% akan digunakan untuk pengembangan sumber daya batubara dan modal kerja anak usaha perseroan.
Per Juni 2010, aset Lumbung Energi mencapai Rp 4,9 triliun atau naik dari periode sebelumnya Rp 4,3 triliun. Pada semester I-2010, perseroan memperoleh laba bersih Rp 20,6 miliar, naik dari periode yang sama tahun lalu di mana perseroan mengalami kerugian Rp 99,7 miliar. Pendapatan Borneo pun tercatat Rp 1,07 triliun, dengan laba usaha Rp 350,9 miliar.
Struktur kepemilikan perseroan, 99,99% atau 13,27 lembar saham masih dimiliki oleh PT Republik Energi & Metal, dan sisanya milik PT Muara Kencana Abadi. Dengan masuknya saham publik 20%, maka kepemilikan Republik Energi & Metal terdilusi menjadi 79,99%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News