kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,72   -3,94   -0.44%
  • EMAS1.368.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemulihan Harga Masih Rentan, Berikut Rekomendasi Saham Emiten Sektor Migas


Senin, 03 Juni 2024 / 05:15 WIB
Pemulihan Harga Masih Rentan, Berikut Rekomendasi Saham Emiten Sektor Migas
ILUSTRASI. Masih berlanjutnya konflik Timur Tengah berpotensi akan membuat harga minyak mentah semakin mahal.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Masih berlanjutnya konflik Timur Tengah berpotensi akan membuat harga minyak mentah semakin mahal. Di sisi lain, meredanya konflik dan ketidakpastian pasokan minyak dan gas (migas) masih menjadi kekhawatiran bagi pasar.

Research Analyst MNC Sekuritas Vera mengatakan, harga minyak mentah global telah membaik, tetapi masih sangat tergantung pada perselisihan geopolitik. Harga minyak menunjukkan kenaikan pada bulan April 2024 dengan rata-rata harga spot Brent berada pada US$89 per barel dan WTI sebesar US$84.4 per barel, masing-masing meningkat dari US$ 84,7 per barel dan US$ 80,4 per barel.

Kenaikan harga minyak ini terutama didorong oleh berkurangnya persediaan minyak global. Hal itu menyusul keputusan Organisasi Negara Pengeskpor Minyak (OPEC) untuk menerapkan pengurangan produksi sukarela hingga semester I-2024, mengakibatkan rata-rata pengurangan stok minyak global sebesar 0,3 juta barel per hari.

“Pada saat yang sama, memanasnya gesekan geopolitik di Timur Tengah antara Iran dan Israel juga berkontribusi terhadap harga minyak global. Namun pada pertengahan Mei 2024, harga minyak melemah seiring meredanya konflik geopolitik, meskipun ada tanda-tanda pengetatan minyak mentah,” ungkap Vera dalam riset 21 Mei 2024.

Akibatnya, Energy Information Administration (EIA) telah menurunkan estimasi harga spot Brent dari rata-rata US$ 88,6 per barel menjadi US$ 87,8 per barel dalam laporan terbarunya. Estimasi itu karena ketidakpastian yang terjadi di Timur Tengah dan antisipasi OPEC untuk melanjutkan pembatasan produksi.

Sementara itu, lanjut Vera, konsumsi minyak global pada bulan April 2024 menunjukkan perbaikan menjadi 101,4 juta barel per hari dibandingkan 100,3 juta barel per hari pada bulan April 2023. Ini dipengaruhi oleh kenaikan permintaan negara-negara non anggota OECD menjadi 56,7 juta barel per hari, sementara permintaan di OECD tetap stabil di angka 44,7 juta bph.

Baca Juga: Pertamina Kembali Tahan Harga BBM Non Subsidi di Bulan Juni 2024

Pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut mencapai 104,8 juta barel per hari pada tahun 2024, didorong oleh kuatnya perjalanan udara dan mobilitas jalan raya yang kuat, khususnya di sektor diesel dan truk di jalan raya. Selain itu, aktivitas industri, konstruksi, dan pertanian di negara-negara non-OECD akan mendukung pertumbuhan permintaan sebesar 880kbpd YoY.

“Perluasan kapasitas dan margin petrokimia yang menguntungkan, terutama di Tiongkok dan Timur Tengah, juga diperkirakan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan permintaan minyak,” tambah Vera.

Di sisi lain, pasokan minyak dunia berada pada angka 102,1 juta barel per hari pada bulan April 2024, dengan total produksi OPEC tercatat stabil pada angka 32,1 juta barel per hari pada bulan April 2024 dibandingkan 32,9 juta barel per hari pada bulan April 2023.

Vera menuturkan, pasokan minyak global diperkirakan akan tumbuh sebesar 530kbpd tahun ini, mencapai 103,7mbpd yang belum pernah terjadi sebelumnya. Peningkatan stok ini didorong oleh kenaikan produksi non-OPEC sebesar 1,4 juta barel per hari, mengimbangi penurunan produksi OPEC sebesar 840 juta barel per hari.

“Mengingat prospek ini, kami mengantisipasi permintaan minyak global pada tahun 2024 akan memenuhi pasokan, dengan asumsi pemotongan sukarela oleh OPEC terus berlanjut di sepanjang tahun,” imbuhnya.

Untuk kondisi pasar gas alam sendiri dinilai masih dalam masa krisis yang tercermin dari penurunan harganya sekitar 2,1% year to date, per 21 Mei 2024. Rendahnya jumlah permintaan gas alam karena pola cuaca yang lebih bersahabat dan perluasan alternatif energi terbarukan.

Baca Juga: Saham-Saham Bergerak Lebih Tinggi Setelah Data Inflasi AS Dirilis

Menurut Vera, pasar gas masih kurang menguntungkan dengan permintaan global diproyeksikan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun 2024, namun masih dibayangi oleh proyeksi pasokan tumbuh sebesar 3%.

“Lesunya permintaan terutama disebabkan oleh pola cuaca yang sejuk di luar musimnya, perluasan ketersediaan energi terbarukan, dan ketegangan geopolitik yang menimbulkan distorsi pada pasar energi terbarukan,” ujar Vera.

MNC Sekuritas menyematkan rekomendasi Netral untuk sektor migas. Hal itu karena mempertimbangkan harga minyak dunia menunjukkan peningkatan, namun masih sangat dipengaruhi oleh gesekan geopolitik. Konflik yang sedang berlangsung di Laut Merah juga menimbulkan potensi risiko tinggi terhadap gangguan rantai pasokan.

Selain itu, penerapan pengurangan produksi minyak OPEC akan berakhir pada semester pertama 2024, padahal permintaan minyak global belum melampaui pasokan hingga bulan April 2024. Permintaan dan pasokan minyak diperkirakan akan bersinggungan, apabila OPEC menerapkan kebijakan pemotongan produksi juga di semester kedua 2024.

Adapun Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak beserta sekutunya (OPEC+) yang akan menggelar pertemuan pada hari ini, Minggu (2/6). Kesepakatan yang akan dirumuskan pada pertemuan tersebut dapat mencakup perpanjangan pemotongan produksi hingga 2025, atau seluruh pemotongan produksi berlanjut hingga kuartal ketiga dan kuartal keempat 2024.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir Usai Komentar Terbaru The Fed Soal Prospek Suku Bunga

Berikut rekomendasi saham-saham emiten sektor migas di bawah coverage MNC Sekuritas. Simak ulasannya.

1. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Kami tetap mempertahankan pandangan positif terhadap AKRA, meskipun kinerja pada kuartal pertama 2024 mengalami perlambatan. Pendapatan AKRA diproyeksi meningkat akan didorong oleh pertumbuhan segmen distribusi dan perdagangan, serta segmen lahan kawan industri yang kuat karena optimisme manajemen untuk menjual lahan seluas 130 ha di tahun 2024, daripada 91 ha di tahun 2023.

AKRA juga mengharapkan dapat menikmati pendapatan keuangan yang lebih tinggi disertai tingkat suku bunga tinggi dan pengeluaran yang lebih rendah dari posisi kas yang memadai. Sehingga, kondisi ini memungkinkan potensi pertumbuhan laba AKRA sebesar 13,4% YoY dan 14,5% YoY pada tahun 2024 – 2025.

  • Rekomendasi: Buy
  • Target harga: Rp 2.000

2. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)

Perspektif kami terhadap MEDC masih sedikit optimistis dengan perkiraan pemulihan pada 2024. Pertumbuhan laba bersih diperkirakan masih mengalami sedikit perlambatan sebesar -1,7% YoY di 2024, namun lebih baik daripada penurunan laba tahun 2023 lalu yang sebesar 37,7% YoY.

Kami mengantisipasi perbaikan yang berasal dari kenaikan harga AMMN dan harga emas yang menguntungkan sebagai instrumen lindung nilai yang banyak digunakan ketika guncangan geopolitik.

Selain itu, MEDC diperdagangkan dengan PER/PBV 2,2x/1,3x yang menarik untuk 2024. Sementara, target volume produksi minyak dan gas yang lebih rendah dari MEDC untuk 2024 sekitar -9.4% YoY akan menjadi faktor penurunannya.

  • Rekomendasi: Buy
  • Target harga: Rp 1.950

3. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

PGAS mencapai kinerja yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal I-2024, berkat ASP yang lebih tinggi dan aliran pendapatan baru dari perdagangan LNG. Selain itu, kemampuan menghasilkan biaya bunga lebih rendah telah mendukung pertumbuhan laba.

Namun, kami mempertahankan rekomendasi sederhana pada PGAS di 2024 karena melihat penurunan volume operasional produksi di sebagian besar segmen, menyusul kekurangan pasokan gas dari pemasok dan penurunan permintaan dari pelanggan. Kami memperkirakan perlambatan ini akan terus berlanjut, sejalan dengan prospek global.

  • Rekomendasi: Hold
  • Target harga: Rp 1.550

Selanjutnya: Barito Renewables Energy (BREN) Tambah Kapasitas Panas Bumi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×