Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
Lee mengaku kebijakan ini sebenarnya tidak banyak memberi dampak terhadap bank-bank besar. Menurutnya, kebijakan tersebut berpotensi memicu aksi merger dan akuisisi antara bank kecil dan bank besar.
“Indonesia sebenarnya terlalu banyak jumlah banknya, sehingga konsolidasi bertahap sebenarnya merupakan hal yang diperlukan. Namun, saat ini kan hanya ada 17 bank yang termasuk ke dalam kategori BUKU 1, jadi kami tidak berekspektasi akan ada dampak yang signifikan ke industri perbankan,” terang dia.
Dengan berbagai hal yang sudah ia jelaskan, Lee secara keseluruhan menilai kenaikan saham perbankan masih akan melanjutkan rally positif pada tahun ini. Hal ini seiring perbaikan fundamental perbankan, aliran dana asing ke sektor perbankan, dan valuasi yang wajar. Lee pun meningkatkan rekomendasi untuk sektor perbankan dari netral menjadi overweight.
Ia memilih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) sebagai emiten pilihannya pada sektor perbankan.
Baca Juga: Target Berat Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Menurut Lee, BBCA sebagai bank yang punya pengetahuan dalam pengelolaan kredit risiko paling baik dan kinerja yang stabil.
Sementara BBRI akan diuntungkan oleh kebijakan fiskal yang berdampak pada perbaikan NIM dan juga mendukung pertumbuhan pinjaman yang lebih tinggi
Sementara Edward mengaku menjagokan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) sebagai emiten perbankan pilihannya.
BMRI dinilai Edward punya kualitas aset yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan peers bank BUMN lainnya, dan dari segi valuasi juga jauh lebih menarik
Lalu BBTN dinilai Edward berpotensi bisa outperform karena dari segi pinjaman dan pertumbuhan laba yang membaik seiring transformasi keuangan di BBTN yang mulai menunjukkan hasilnya.
Selanjutnya: Melihat Prospek Perbankan di Tahun 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News