kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemulihan ekonomi bisa mendorong pencarian dana di pasar modal


Selasa, 17 November 2020 / 19:21 WIB
Pemulihan ekonomi bisa mendorong pencarian dana di pasar modal
ILUSTRASI. Karyawan memotret layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten berencana untuk melakukan aksi korporasi di pengujung tahun ini. Mulai dari rights issue hingga penerbitan obligasi, pencarian dana di pasar modal masih semarak.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas, pencarian dana yang dilakukan emiten di pengujung tahun ini sudah cukup tepat.  Sebab, indikasi pemulihan perekonomian sudah terlihat seiring dengan adanya perkembangan vaksin. Alhasil, penyerapan surat utang maupun saham baru yang diterbitkan emiten menjadi lebih optimal.

“Apalagi untuk tujuan ekspansi. Ini bisa jadi momentum yang tepat. Karena ketika ekonomi bisa pulih kembali, emiten tinggal merasakan manfaat dari ekspansi tersebut,” ujar Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (17/11).

Baca Juga: Kompak naik, kinerja sektor konstruksi baru akan pulih di pertengahan 2021

Investor pun patut mencermati kondisi rasio keuangan emiten khususnya yang getol menerbitkan obligasi. Meski demikian, Sukarno menyebut level rasio DER setiap industri memiliki perbedaan. Untuk emiten di industri yang bergerak di sektor selain perbankan, konstruksi, dan infrastruktur, batas aman DER berada di level 1 kali sampai 2 kali. Namun, akan lebih bagus jika level DER di bawah 1 kali.

Sederhananya, investor bisa membandingkan DER emiten dengan DER rata-rata industri. Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr menyebut, hal ini karena beberapa industri cukup mengandalkan utang sebagai pembiayaan.

Jika dilihat dari rasio, Zamzami lebih  cenderung menggunakan net debt to equity ratio, yang mengurangkan posisi cash daripada utang. Jika rasio ini berada di atas 1, maka  kurang disukai investor. Kemudian, investor juga bisa membandingkan rasio kemampuan membayar bunga seperti Interest Coverage Ratio, yakni dengan membandingkan EBITDA  dengan jumlah bunga pinjaman. Umumnya, jika menghasilkan rasio 2 kali sampai 3 kali maka bisa dibilang cukup baik.

PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi salah satu emiten yang akan menerbitkan obligasi. Direktur Keuangan BRPT David Kosasih pun berharap obligasi yang diterbitkan bisa terserap dengan maksimal. “Tentunya kami optimis obligasi akan terserap,” terang David.

Baca Juga: Efektivitas vaksin corona mendorong IHSG menguat hari ini, Selasa (17/11)

Untuk diketahui, BRPT akan menerbitkan obligasi dengan Jumlah Pokok Rp 386,52 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) melalui Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2019 dengan target dana yang dihimpun mencapai  Rp 1,5 triliun.

Adapun seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi ini, akan digunakan emiten ini untuk membayar sebagian utang (refinancing) dari pinjaman sebesar US$ 200 juta. Oleh karena itu, David menegaskan tidak ada penambahan profil utang. BRPT pun senantiasa menjaga kondisi neraca keuangan.

“Tentunya kami selalu memperhatikan dan menjaga struktur permodalan dan balance sheet yang kuat,” ujar Dia.

Per 30 September 2020, jumlah liabilitas BRPT senilai US$ 4,29 miliar sedangkan jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$ 2,97 miliar. Alhasil, rasio liabilitas terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) BRPT sebesar 1,44 kali. 

Ramainya pencarian dana dengan skema penerbitan saham juga membuat investor harus mencermati penggunaan dana yang didapat dari hasil aksi korporasi ini. Zamzami menilai, dana dari rights issue memang lebih bagus jika digunakan untuk ekspansi seperti misalnya membiayai proyek dan modal kerja, bukan untuk membayar utang.

“Karena diharapkan, penghimpunan dana dari rights issue, yang juga membuat potensi dilusi, dapat memberikan nilai tambah bagi pemegang saham melalui proyek-proyek ekspansi tersebut,” ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Selasa (17/11).

Baca Juga: Indeks sektor barang konsumsi masih tertekan pembatasan aktivitas masyarakat

Terlepas dari itu, aksi pencarian dana yang dilakukan saat ini sudah cukup tepat. Sebab, dengan membaiknya tingkat risiko (risk appetite) terhadap aset berisiko, tingkat penyerapan obligasi dan juga rights issue dapat maksimal.

Ke depan, Sukarno mengamini ada indikasi bahwa pencarian dana di pasar modal, baik dengan rights issue maupun penerbitan surat utang, akan lebih ramai seiring dengan pulihnya ekonomi.

Sukarno melihat BRPT menjadi salah satu emiten yang masih cukup prospektif ke depannya. Kontan.co.id mencatat, emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini  membukukan laba bersih di periode sembilan bulan 2020 senilai US$ 11,3 juta dari yang sebelumnya menderita kerugian bersih senilai US$ 8,9 juta di semester I 2020.

David berharap, kinerja positif ini bisa dipertahankan hingga tutup tahun, “Kami berharap sektor petrokimia yang sudah menunjukkan perbaikan di kuartal ketiga akan tetap dapat berlanjut sampai akhir tahun,” tutup dia. 

Selanjutnya: Mulai dari rights issue hingga obligasi, pencarian dana di pasar modal masih semarak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×