kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pemesanan SBR005 hanya Rp 4 triliun, lebih rendah daripada seri sebelumnya


Senin, 28 Januari 2019 / 19:16 WIB
Pemesanan SBR005 hanya Rp 4 triliun, lebih rendah daripada seri sebelumnya


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Total volume pemesanan pembelian savings bond ritel (SBR) seri SBR005 menurun bila dibandingkan SBR004. Lebih banyaknya kesempatan untuk berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) ritel dan selisih atau spread dengan BI 7 day reverse repo rate (BI7DRRR) menjadi penyebab minat investor pada SBR005 menurun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, total volume pemesanan pembelian SBR005 ditetapkan sebesar Rp 4,01 triliun. Sementara, total volume pemesanan pembelian SBR004 mencapai Rp 7,32 triliun.

I Made Adi Saputra, analis fixed income MNC Sekuritas mengatakan, adanya penurunan spread dari 255 basis poin (bps) di SBR004 menjadi 215 bps di SBR005 turut mempengaruhi minat investor.

Faktor lebih banyaknya kesempatan untuk membeli SBN ritel juga mempengaruhi minat investor. SBR004 baru ditawarkan November tahun lalu. Hanya berjarak satu bulan kemudian, SBR005 sudah ditawarkan.

Fixed income fund manager Ashmore Asset Management, Anil Kumar mengatakan, investor bisa saja merasa jenuh karena di tahun ini total ada sekitar 10 SBN ritel yang pemerintah tawarkan. "Terlalu dekat rentangnya jadi bisa jenuh atau bisa jadi inevstor masih menunggu imbal hasil dari SBN ritel yang sebelumnya," kata Anil, Senin (28/1).

Masalah likuiditas di pasar keuangan domestik juga menurut Anil memberi dampak pada turunnya penjulaan SBR005. "Ada masalah likuiditas sehingga imbal hasil yang diberikan SBR004 masih tidak terlalu menarik karena instrumen lain yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih menarik mungkin," kata Anil.

Sementara, Made mengatakan meski minat SBR005 menurun, hasil yang dicapai kali ini ia nilai masih cukup laris dan menarik. Kupon SBR005 masih lebih menarik bila dibandingkan dengan rata-rata bunga deposito tenor satu tahun yang berada di 6,15%.

Langkah pemerintah menurunkan cost of fund dibandingkan penerbitan tahun lalu juga Made nilai cukup efektif. Seiring dengan melandainya yield surat utang negara (SUN), kupon 8,15% Made nilai masih menarik.

"Penjualan SBR055 turunnya masih wajar dan masih sangat menarik untuk masuk ke SBR," kata Made. Selain itu, menurut Made pemerintah tidak perlu menyerap dana langsung banyak karena pemerintah akan menawarkan berulang kali di tahun ini.

Ke depan masih akan ada penawaran SBN ritel sebanyak 8-9 kali lagi. Made menyarankan investor bisa membagi dana investasinya ke dalam berbagai SBN ritel yang hendak meluncur di tahun ini. "Yang tadinya dana ada di deposito begitu cair bisa langsung placement ke SBR atau sukuk tabungan, jika ingin insturmen yang likuid bisa memilih ORI atau sukuk ritel," kata Made.

Ke depan, Made memproyeksikan tawaran spread masih akan sama untuk instrumen SBN ritel yang tidak bisa diperdagangkan kembali, yaitu sekitar 215 bps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×