Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Minat investor untuk memburu saham perdana PT TiPhone Mobile cukup tinggi. Hal itu tercermin dari adanya kelebihan permintaan (oversubscribed) setelah ditawarkan mulai 2 Januari hingga 5 Januari 201.
"Terjadi oversubscribed sekitar empat kali, mayoritas merupakan institusi," ujar Andreas S. Tjendana, Direktur Sinarmas Sekuritas, Kamis (5/1).
Namun, dia mengaku belum mengetahui jumlah pasti porsi calon investor. Pihaknya masih harus merekapitulasi data investor yang sudah melakukan pemesanan pada empat hari masa penawaran.
TiPhone mengurangi jumlah penawaran saham perdana ke publik dari 40,08% atau 2,67 miliar saham menjadi 25,23% atau setara 1,35 miliar saham. Pengurangan porsi itu disesuaikan dengan perkiraan kondisi pasar. Namun, ternyata jumlah pemesanan yang masuk mencapai empat kali lipat dari target awal.
Harga perdana saham TiPhone dibanderol Rp 310 per saham. Dengan demikian dana yang akan diraup dari hajatan tersebut sebesar Rp 418,5 miliar. Sebagai pemanis, TiPhone juga menerbitkan waran sebanyak 1,33 miliar saham. Waran tersebut diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif dari pemegang saham baru. Tiap pemegang dua saham baru berhak atas satu waran.
Samuel Kurniawan, Sekretaris Perusahaan TiPhone mengatakan, pihaknya tidak akan menambah porsi saham yang akan dilemparkan ke publik itu. "Kalau kami butuh dana tambahan, maka itu akan dipenuhi dari sumber lain," katanya. Adapun sumber itu bisa berupa penerbitan obligasi, rights issue atau eksekusi warrant.
Rencananya, sebesar sebesar 88,58% dana hasil IPO akan digunakan untuk pelunasan kewajiban anak perusahaan TiPhone, yaitu PT Telesindo Shop. Sedangkan sekitar 11,42% akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan dan anak usahanya.
Tahun ini, Perseroan menargetkan kenaikan laba bersih sebesar 29,41% dari tahun lalu menjadi Rp 220 miliar. Tahun lalu, estimasi laba bersih TiPhone sebesar Rp 170 miliar. Sedangkan pendapatan sepanjang 2012 diharapkan bisa naik 21,2% dari tahun lalu yang sebesar 6,66 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News