Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kupon sukuk negara ritel alias sukri seri SR-009 sebesar 6,9% dianggap kurang menarik. Hal tersebut terlihat dari jumlah pemesanan SR-009 pada agen penjual yang belum optimal.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, merasakan animo masyarakat terhadap penerbitan sukuk ritel kali ini tidak telalu besar. Sis Apik Wijayanto, Direktur Konsumer BRI, mengungkapkan, per 6 Maret, perusahaannya baru memperoleh pemesanan SR-009 sekitar Rp 290 miliar. "Investor paling banyak dari Jakarta dan Surabaya. Belum mencapai target yang diajukan BRI ke Kementerian Keuangan," ungkap dia.
Sis Apik menjelaskan, ada beberapa faktor yang menekan minat investor untuk mengoleksi SR-009. Pertama, masyarakat masih membandingkan SR-009 dengan alternatif investasi lain yang menawarkan yield lebih menarik. Kedua, agen penjual membutuhkan sosialisasi penawaran SR-009 yang lebih masif.
Direktur Consumer Banking PT Bank Mandiri Tbk Hery Gunardi memaparkan, per 7 Maret, bank pelat merah ini telah membukukan pemesanan SR-009 hingga Rp 1,67 triliun. Ini mencapai 52% dari total target yang dipatok, yakni Rp 3,21 triliun.
Hery berpendapat, rendahnya permintaan SR-009 akibat adanya potensi penurunan harga obligasi di waktu mendatang. Maklum, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve disinyalir bakal mengerek suku bunga acuan pada rapat bulan ini.
Bahkan The Fed masih mungkin menaikkan suku bunga minimal dua kali lagi tahun ini. "Ini menyebabkan nasabah mengambil posisi wait and see," jelas Hery.
Faktor lainnya adalah besaran kupon SR-009 yang lebih rendah ketimbang yield surat utang negara (SUN) bertenor sama. "Sehingga nasabah memiliki alternatif obligasi seri lain yang dapat dipertimbangkan," imbuh dia.
Ivan Baruna, Group Head Retail Deposit Bank Syariah Mandiri, mengakui, besaran kupon yang disematkan pada SR-009 menjadi salah satu pertimbangan utama investor yang hendak berinvestasi pada sukuk ritel. Kendati enggan merinci total pemesanan SR-009 hingga saat ini, Ivan mengungkapkan pihaknya bakal tetap berupaya memenuhi target penjualan.
Bank Syariah Mandiri punya kuota Rp 750 miliar. "Hal yang menjadi concern investor untuk membeli sukuk ritel antara lain besarnya kupon yang diberikan," tutur Ivan.
Kuota tambahan
Tapi pemesanan sukri di PT Bank Central Asia Tbk (BCA) hampir mencapai target. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, per 6 Maret, bank ini sudah mengantongi pemesanan SR-009 sebanyak Rp 1,42 triliun, yang berasal dari 4.160 investor. Nominal tersebut setara 83,65% dari total jatah sukri yang dapat dijual oleh BCA Rp 1,69 triliun.
Dengan sisa masa penawaran yang ada, Jahja optimistis seluruh kuota SR-009 bakal terserap oleh investor. Sebab, pemesanan tergolong ramai hanya dalam kurun enam hari penawaran. Bahkan BCA sebagai agen penjual berencana meminta kuota tambahan jika diperbolehkan oleh pemerintah. "Sebenarnya kupon 6,9% untuk tiga tahun kurang menarik. Namun banyak yang berpikiran bunga akan turun jadi bisa dapat bunga bagus untuk tiga tahun," jelas dia.
Masa penawaran SR-009 berlangsung pada 27 Februari 2017-17 Maret 2017. Efek berakad ijarah asset to be leased ini nantinya dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah 10 April 2017. Investor dapat melakukan pemesanan minimal Rp 5 juta melalui 22 agen penjual SR-009 di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News