Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara pada Selasa (6/10). Dalam lelang kali ini, pemerintah hanya menyerap lelang senilai Rp 1,75 triliun atau di bawah target indikatif Rp 2 triliun. Padahal, penawaran yang masuk mencapai Rp 4,4 triliun. Tawaran yield yang membubung menjadi salah satu alasan minimnya penyerapan.
Ada tiga seri yang dimenangkan pemerintah. Pertama, seri SPN-S 07042016 yang diserap Rp 900 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,04% dan imbalan diskonto. Jumlah penawaran yang masuk untuk instrumen ini berkisar Rp 2,18 triliun dengan yield terendah 6,75% dan yield tertinggi 9%. Seri ini jatuh tempo pada 7 April 2016.
Kedua, seri PBS006 yang diserap Rp 420 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,67% dan imbalan 8,25%. Penawaran yang masuk untuk seri ini sebesar Rp 1,29 triliun dengan yield terendah 8,625% dan yield tertinggi 10,125%. Tenggat waktu instrumen ini jatuh pada 15 September 2020.
Ketiga, seri PBS009 yang dimenangkan sebanyak Rp 430 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,63% dan imbalan 7,75%. Penawaran yang masuk bagi instrumen ini berkisar Rp 920 miliar dengan yield terendah 8,43% dan yield tertinggi 9,65%. Seri ini jatuh tempo pada 25 Januari 2018.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto menjelaskan, penawaran yang masuk dalam lelang sukuk kali ini terbilang tinggi. Sebab, menghijaunya pasar surat utang dalam negeri berimbas pada kenaikan permintaan surat utang. Lihat saja indeks obligasi pemerintah alias Inter Dealer Market Association (IDMA) pada Senin (5/10) yang naik 1,19% ke level 92,96.
“Padahal hanya tiga seri sukuk yang ditawarkan. Tapi penawaran yang masuk lebih dari Rp 4 triliun, serupa dengan lelang sukuk sebelumnya yang menawarkan empat seri,” tukasnya.
Handy menjelaskan, ada dua faktor yang memicu pemerintah menyerap lelang di bawah target indikatif. Pertama, per September 2015, pemerintah telah meluncurkan surat utang sebesar Rp 399,72 triliun atau 86,48% dari target sepanjang tahun yang dipatok Rp 462,23 triliun.
“Strategi front loading pemerintah berhasil. Tekanan untuk menerbitkan obligasi dalam nominal besar berkurang,” tuturnya. Sebab, pemerintah masih memiliki waktu lebih dari dua bulan untuk menutup sisa jatah penerbitan surat utang tersebut.
Kedua, yield yang ditawarkan investor dalam lelang sukuk kali ini cukup tinggi. Semisal PBS006 yang memperoleh penawaran yield tertinggi 10,12%. Padahal, dengan target penerbitan surat utang yang hampir tercapai, pemerintah tak lagi mengejar nominal, melainkan kualitas lelang. Sehingga, bagi investor yang ingin menggenggam surat utang di pasar primer, tawaran yield harus menarik alias rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News