Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah kembali menyerap permintaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara sesuai target indikatif Rp 2,5 triliun pada lelang, Selasa (22/9).
Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, total penawaran yang masuk pada lelang kali ini mencapai Rp 4,67 triliun.
Pemerintah memenangkan empat seri sukuk yang ditawarkan. Seri SPN-S 09032016 diserap dengan nominal Rp 445 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 6,93% dan imbalan diskonto. Total penawaran yang masuk untuk seri ini berkisar Rp 1,15 triliun dengan yield terendah 6,87% dan yield tertinggi 8%. Instrumen tersebut jatuh tempo pada 9 Maret 2016.
Pemerintah juga memenangkan tiga seri Project Based Sukuk (PBS). Pertama, seri PBS006 diserap dengan nominal Rp 580 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 9,05% dan imbalan 8,25%. Total penawaran yang masuk untuk seri ini mencapai Rp 810 miliar dengan yield terendah 8,9% dan yield tertinggi 9,5%. Instrumen tersebut jatuh tempo pada 15 September 2020.
Kedua, seri PBS008 diserap dengan nominal Rp 425 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,6% dan imbalan 7%. Total penawaran yang masuk untuk seri ini mencapai Rp 926 miliar dengan yield terendah 7,5% dan yield tertinggi 8,56%. Instrumen tersebut jatuh tempo pada 15 Juni 2016.
Ketiga, seri PBS009 diserap dengan nominal Rp 1,05 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 8,44% dan imbalan 7,75%. Total penawaran yang masuk untuk seri ini mencapai Rp 1,78 triliun dengan yield terendah 8,34% dan yield tertinggi 9%. Instrumen tersebut jatuh tempo pada 25 Januari 2018.
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menilai, alasan pemerintah menyerap lelang sesuai target indikatif disebabkan oleh penerbitan sukuk yang sudah melampaui harapan.
DJPPR Kemenkeu semula mematok penerbitan sukuk sebanyak 20,1% atau sekitar Rp 90,88 triliun dari target bruto Rp 452,18 triliun. Namun, per 15 September 2015, realisasi penerbitan sukuk negara sudah mencapai Rp 99,34 triliun.
“Sehingga pemerintah tidak terlalu agresif lagi dalam menyerap permintaan lelabg karena sudah melebihi target,” paparnya. Walhasil, pemerintah fokus terhadap kualitas lelang ketimbang mengejar nominal.
Menurut Desmon, investor menyadari posisi pemerintah yang tak lagi mengejar nominal melainkan kualitas lelang. Makanya, yield yang ditawarkan investor terbilang cukup kompetitif pada keempat seri tersebut.
Sukuk tenor pendek juga masih menjadi primadona, misalnya seri SPN-S 09032016 dan PBS009 yang memperoleh penawaran terbanyak. Sebab, mayoritas investor dalam lelang sukuk berniat menggenggam instrumen ini hingga jatuh tempo alias hold to maturity.
Yield sukuk negara juga lebih menarik ketimbang yield Surat Utang Negara (SUN). Padahal kedua instrumen tersebut bebas risiko (risk free) karena sama-sama diluncurkan oleh pemerintah. “Mereka lebih suka yang pegang instrumen yang tidak terlalu lama karena bakal simpan sampai tenggat waktu,” pungkasnya.
Sebagai gambaran, pada lelang sukuk Selasa (8/9), pemerintah menyerap sesuai target indikatif Rp 2,5 triliun dengan total penawaran yang masuk Rp 4,84 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News