Reporter: Danielisa Putriadita, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Roby mengatakan, pada lelang SBSN kemungkinan besar yang akan terjadi adalah skenario moderat. Penyebabnya, mayoritas investor sukuk adalah bank lokal. Saat ini, Roby melihat, likuiditas bank masih memadai untuk terciptanya peluang permintaan yang masih ramai. Apalagi, dengan adanya kecenderungan bank yang kini sedang mengakumulasi obligasi negara.
Senada, menurut Farash, investor yang dominan memburu SBSN adalah perbankan. Penyebabnya, likuiditas perbankan masih cukup banyak.
Baca Juga: Kebutuhan pembiayaan utang pemerintah pada RAPBN 2021 sebesar Rp 1.142 triliun
Untuk tenor yang paling banyak diburu akan berkisar di seri tenor tiga dan empat tahun. Roby juga memproyeksikan seri-seri tenor pendek diperkirakan akan banyak investor sasar dan sesuai dengan rata-rata lelang sebelumnya.
Farash menebak, pemerintah juga masih tetap menyerap hasil lelang SBSN di atas target indikatif. "Nominal yang pemerintah menangkan juga masih akan di sekitar Rp 11 triliun," kata Farash.
Menurut Farash, pemerintah cenderung memenangkan di atas target indikatif karena memang saat ini momentum yang tepat saat yield sudah bergerak turun. Selain itu, penyerapan budget belanja pemerintah seharusnya sudah semakin meningkat di semester II.
Farash melihat yield saat ini cenderung dalam tren menurun karena dipengaruhi oleh inflasi yang masih rendah. Selain itu, kebijakan moneter ekspansif sehingga suku bunga acuan dalam tingkat yang rendah. Alhasil, likuiditas di pasar global meningkat.
Tidak hanya itu, saat ini investor asing secara bertahap juga mulai masuk ke pasar SBN. "Risk appetite membaik sedikit demi sedikit," kata Farash.
Baca Juga: Bunga ORI018 bisa lebih rendah daripada ORI017, minat investor diramal tetap tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News