kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembobotan market cap bakal berubah bila big tech lakukan IPO


Jumat, 16 Juli 2021 / 07:20 WIB
Pembobotan market cap bakal berubah bila big tech lakukan IPO


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta pembobotan market cap berpotensi berubah. Potensi ini sejalan dengan rencana sejumlah big tech atawa startup yang sudah sangat dominan di ekosistemnya untuk menghelat initial public offering (IPO).

Komisaris BEI, Pandu Patria Sjahrir pada kesempatan yang sama mengatakan, ada empat big tech yang berpotensi mencatatkan sahamnya di BEI. Bukalapak dipastikan menjadi yang pertama lantaran prosesnya sudah berjalan.

Bahkan, Bukalapak dijadwalkan bakal listing bulan depan. GoTo yang merupakan entitas hasil merger Gojek dan Tokopedia juga dikabarkan masih memproses IPO.

Baca Juga: Tiga big tech berpotensi IPO, valuasinya lebih dari Rp 300 triliun

Nama potensial lain adalah, Traveloka. Big tech berbasis logistik J&T juga masuk sebagai kandidat terkuat untuk IPO.

Pandu menambahkan, masuknya big tech tersebut bakal mengubah peta pembobotan MSCI Indonesia Index. "Jika IPO, keempatnya bisa masuk dalam jajaran 20 saham dengan bobot terbesar," imbuhnya, Kamis (15/7).

Itu karena besarnya market cap big tech setelah IPO. Goto misalnya. Perusahaan ini diperkirakan memiliki market cap US$ 18 miliar atau setara sekitar Rp 261 triliun jika menggunakan kurs Rp 14.500 per dollar Amerika Serikat(AS).

Bukalapak diperkirakan memiliki market cap US$ 5,34 miliar-US$ 6,05 miliar. Sedang J&T dan Traveloka masing-masing memiliki perkiraan market cap US$ 7,8 miliar dan US$ 2,75 miliar.

Baca Juga: Setelah rebound 1,13%, IHSG diprediksi melanjutkan kenaikan pada Jumat (16/7)

Dengan perkiraan tersebut, bobot Goto terhadap market cap IHSG sekitar 3,48% atau setara US$ 3,6 miliar. Posisi ini hanya setingkat di bawah PT Astra International Tbk (ASII) yang sebesar 6,65%.

Kemudian, J&T bakal memiliki bobot 2,14% atau setara US$ 2,22 miliar, satu tingkat di bawah PT Merdeka Copper Gold (MDKA) di posisi kesebelas dengan bobot 2,61%.

Bukalapak tepat berada di posisi ke-20 dengan bobot US$ 1,42 miliar atau setara 1,37%. Posisi ini di bawah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang memiliki bobot 1,37%.

Saham seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) tidak masuk dalam jajaran tersebut. Sebab, perhitungan bobot itu sudah menggunakan asumsi rumus pembobotan market cap yang baru.

Big tech memang belum mampu mengungguli PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan beberapa emiten lain yang masih memiliki bobot terbesar. Tapi, perusahaan-perusahaan ini rata-rata berusia minimal 30 tahun hingga akhirnya listing dan berkembang menjadi big caps.

"Sedang big tech, seperti Bukalapak, hanya butuh sekitar sepuluh tahun," tandas Pandu.

Selanjutnya: IHSG menguat 1,13% pada Kamis (15/7), net buy asing mencapai Rp 555 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×