kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pembangunan bioskop dongkrak aset Graha Layar Prima


Selasa, 27 Maret 2018 / 21:53 WIB
Pembangunan bioskop dongkrak aset Graha Layar Prima
ILUSTRASI. Bioskop CGV blitz di Grand Indonesia, Jakarta


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) mencatatkan aset sejumlah Rp 1,74 triliun di akhir 2017. Aset pemilik jaringan bioskop CGV Cinemas ini naik bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar Rp 1,29 triliun, dan 2015 sebesar Rp 798,71 miliar.

Adanya kenaikan aset pada tahun 2017 disebabkan perusahaan melakukan pembangunan 16 bioskop yang sudah dibuka sejak 2017.

Pembangunan bioskop tersebut diantaranya yakni Bella Terra Lifestyle Center (Jakarta Utara), 23 Paskal Shopping Center (Bandung), Depok Mall (Depok), Transmart Maguwo (Yogyakarta), Transmart Tegal (Tegal), Transmart Pekanbaru (Pekanbaru), Transmart Mataram (Mataram), dan Transmart Cempaka Putih (Jakarta Pusat).

Selain itu, ada pula bioskop yang dibangun di Bekasi Trade Center (Bekasi), AEON Mall (Jakarta Timur), Metro Indah Mall (Bandung), Transmart Palembang (Palembang), Grand Kamala Lagoon (Bekasi), Transmart Solo (Solo), Transmart Cipto (Cirebon), dan Transmart Lampung (Lampung).

Sedangkan jumlah liabilitas BLTZ tahun 2017 sebesar Rp 622,12 miliar. Naik bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar Rp 187,76 miliar, dan 2015 sebesar Rp 316,40 miliar. BLTZ juga mencatatkan nilai ekuitas tahun 2017 sebesar Rp 1,12 triliun.

“Adanya kenaikan total liabilitas sebesar 231,34% disebabkan atas perolehan pinjaman bank dari 3 bank atau institusi keuangaan yang diperoleh perseroan di tahun 2017,” terang Direktur BLTZ, Yeo Deoksu dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (27/3).

BLTZ juga mencatatkan pendapatan bersih tahun 2017 sebesar Rp 849,24 miliar. Topline ini bertumbuh 47,29% bila dibandingkan dengan pendapatan bersih tahun 2016 sebesar Rp 576,55 miliar.

Beban pokok pendapatan tahun 2017 sebesar Rp 484,64 miliar. Naik bila dibandingkan dengan beban pokok pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 324,66 miliar. Sedangkan laba bruto tahun 2017 tercatat sebesar Rp 364,60 miliar.

Rasio utang rendah

Pada tahun 2017 tersebut, BLTZ berhasil mencetak laba bersih Rp 12,44 miliar. Bottomline tersebut terbilang melonjak bila dibandingkan dengan tahun lalu yang masih mencatatkan rugi bersih Rp 15,50 miliar.

Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan meskipun aset dan liabilitas BLTZ bertambah, saat ini emiten memiliki debt to equity ratio (DER) yang rendah pada angka 55%.

Selain itu, pada tahun 2017, BLTZ juga sudah berhasil mencetak laba bersih. “Sejak 2013 hingga 2016, BLTZ selalu menghasilkan net loss,” kata Nafan kepada KONTAN, Selasa (27/3).

Dengan DER sebesar 55%, maka penambahan utang dalam rangka ekspansi bisnis bisa diterapkan oleh emiten. Hal itu diharapkan mampu meningkatkan kinerja pendapatan maupun laba bersih ke depannya.

“Apalagi, sumber pendapatan bukan hanya diperoleh dari tingkat penjualan tiket bioskop saja, namun juga dari bisnis cinema restaurant and cafe, apalagi dari tayangan iklan,” tambahnya.

Nafan berpendapat, bahwa prospek bisnis hiburan bioskop tersebut masih cukup menarik. Hal itu lantaran masih adanya kecenderungan generasi milenial yang memiliki minat untuk menonton di bioskop. Perilaku maupun gaya hidup, bisa mempengaruhi pola konsumsi mereka. “Apalagi jika ada tayangan perfilman yang menarik perhatian mereka,” ujarnya.

Meski memiliki prospek yang baik, saat ini BLTZ memiliki price to earning ratio (PER) pada angka 332,92 kali. Sehingga secara valuasi harga sahamnya masih dianggap terlalu mahal. Pergerakan harga sahamnya juga masih kurang likuid dan sulit menentukan target harganya. “Saya rekomendasikan netral,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×