Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Nilai mata uang Garuda belum juga membaik. Persoalan repatriasi keuntungan atau pembagian dividen serta impor yang meningkat akibat Lebaran menjadi momok bagi penguatan rupiah.
Akhir triwulan II atau tepatnya bulan Juni menjadi periode pembagian dividen sejumlah perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia kepada pemegang saham di luar negeri. Akibatnya, terjadi capital outflow atawa arus modal keluar.
Secara tidak langsung, rupiah akan mengalami tekanan. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan tekanan pada rupiah selalu ada. Salah satunya berasal dari repatriasi keuntungan yang marak terjadi pada bulan Juni setiap tahunnya.
Dalam hal ini, menurut Jacob, BI tidak mengetahui tekanan dividen akan membuat rupiah mengalami depresiasi atau tidak. Pasalnya, pada sisi lain tekanan pada rupiah juga bergantung pada capital inflow atawa arus modal masuk.
"Apakah nanti dampaknya membuat rupiah tertekan, tergantung dari balancing inflow dan outflow," kata Jacob kepada KONTAN, Minggu (1/6). Di satu sisi, dividen akan melemahkan rupiah dan di sisi lainnya arus masuk akan menguatkan rupiah.
Otoritas moneter ini melihat hingga sekarang arus masuk asing pada instrumen portofolio masih terus terjadi. Jacob menjelaskan, selain dividen yang akan memberi tekanan bagi rupiah dalam waktu dekat ini adalah faktor Lebaran.
Lebaran akan membuat impor kembali aktif. Impor membutuhkan dolar dan karenanya rupiah akan mengalami tekanan. Sejauh mana dividen dan Lebaran akan melemahkan rupiah? Jacob belum bisa memberikan prediksinya.
Asal tahu, berdasarkan data kurs tengah BI, rupiah sejak awal minggu lalu bertengger pada kisaran 11.600 per dolar Amerika Serikat (AS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News