Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Harga nikel kini sedang melambung tinggi di tengah kemungkinan penurunan produksi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (12/7) pukul 13.23 waktu Shanghai, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,4% ke level 10.190 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sejak akhir tahun lalu, harga nikel telah melonjak 15,53%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, isu pemangkasan produksi memang sedang menopang pergerakan harga nikel.
Filipina sebagai negara produsen bijih besi terbesar berencana menutup dan melakukan audit operasi tambang nikel yang membahayakan lingkungan. Peringatan ini mendorong harga nikel ke level tertinggi dalam delapan bulan di US$ 10.195 per metrik ton pada 4 Juli lalu.
Kebijakan Filipina akan membuat China sebagai produsen sekaligus konsumen nikel terbesar di dunia sulit mencari alternatif sumber bijih nikel.
Goldman Sachs Group Inc bahkan memprediksi harga nikel dalam enam bulan ke depan dapat meningkat hingga US$ 12.000 per metrik ton jika pada periode tersebut Filipina sama sekali tidak menghasilkan produksi bijih nikel.
Namun demikian, Ibrahim melihat sentimen ini hanya akan bertahan sesaat. Meski produksi dipangkas, kelebihan pasokan masih akan terjadi.
Di sisi lain, permintaan belum dapat dipastikan membaik sebelum ada bukti perbaikan ekonomi global. Adanya kelebihan pasokan ini juga sempat menyeret harga nikel ke level terendah sejak Maret 2003 di US$ 7.595 per metrik ton pada 11 Februari lalu.
Data - data ekonomi baik dari China, Eropa dan AS akan menjadi fokus perhatian pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News