kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pemangkasan Fed Rate Berpotensi Mengangkat Harga Komoditas


Minggu, 08 September 2024 / 21:01 WIB
Pemangkasan Fed Rate Berpotensi Mengangkat Harga Komoditas
ILUSTRASI. Harga komoditas cenderung tertekan dibayangi sentimen pemangkasan suku bunga global.


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas cenderung tertekan dibayangi sentimen pemangkasan suku bunga global. Namun setelah pemangkasan suku bunga, harga konoditas diprediksi bisa rebound

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, tekanan pada harga komoditas sejak awal tahun merupakan dampak dari pengetatan moneter The Fed.

Kendati demikian, belakangan The Fed diproyeksi siap memangkas suku bunga. Secara fundamental, hal ini bisa menahan laju pelemahan komoditas energi karena bisa memicu terjadinya pelemahan dolar sehingga denominator atau minyak yang menjadi lawan dolar akan terangkat. 

"Tetapi juga didukung stimulus ekonomi China maka penguatan tersebut bisa cukup berdampak medium term secara signifikan. Komoditas energi bisa ikut bertahan dari pelemahan tajam khususnya oil dan batubara," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9). 

Baca Juga: Suku Bunga Tinggi Bikin Harga Komoditas Tertekan Sejak Awal Tahun

Lebih lanjut Wahyu mengatakan apabila kebijakan pemangkasan produksi Saudi dan OPEC+ bisa menjadi sentimen yang membuat harga komoditas menanjak. 

Pada awal September harga minyak sempat rebound dipicu oleh laporan OPEC+ yang mungkin menunda rencana untuk melepaskan beberapa pemotongan produksi pada bulan Oktober. 

Namun harga minyak lanjut melemah terseret oleh kombinasi data impor mentah China yang lemah, aktivitas kilang rendah, dan data ekonomi yang menandakan perlambatan pertumbuhan permintaan minyak global. 

Wahyu melihat arah minyak ke depannya berpotensi rebound hingga US$ 80 per barel pada tahun ini. Ia menyarankan jika menyentuh US$ 80 per barel maka sell on strength, tetapi jika dekat atau di bawah US$ 70 per barel maka buy on weakness. 

Sementara untuk batubara, menurut Wahyu pergerakan harganya masih konsolidasi, tetapi cenderung konsisten di kisaran US$ 140 per ton-US$ 150 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×