Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor untuk mengikuti lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara yang berlangsung Selasa (30/4) mengalami penurunan. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah disinyalir menjadi penyebab penurunan permintaan dari investor.
Mengutip keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai penawaran yang masuk pada lelang sukuk negara hari ini tercatat sebesar Rp 13,26 triliun.
Jumlah tersebut turun dibandingkan lelang sukuk negara pada 16 April lalu. Saat itu, total penawaran yang masuk mencapai Rp 18,51 triliun.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, tren pelemahan rupiah yang sudah berlangsung lebih dari sepekan cukup mempengaruhi minat investor di lelang sukuk negara kali ini.
Salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah lonjakan harga minyak dunia. Hal ini berpotensi memperberat beban impor migas Indonesia dalam waktu dekat. Apalagi, di bulan Ramadan kebutuhan akan minyak biasanya meningkat.
Selain itu, investor juga masih mewaspadai sejumlah sentimen eksternal yang mempengaruhi kondisi pasar obligasi Indonesia. Misalnya, perundingan antara Korea Utara dan Rusia serta kelanjutan negosiasi dagang AS dan China yang diagendakan selesai akhir bulan depan.
“Agenda FOMC pekan ini juga dicermati oleh investor walau dampaknya cenderung lebih terbatas, karena investor di lelang sukuk lebih sedikit dibandingkan lelang SUN,” terang Fikri, Selasa (30/4).
Adanya sejumlah katalis negatif membuat investor berjaga-jaga dan memperpendek durasi portofolionya. Lantas, seri-seri bertenor pendek menjadi primadona dalam lelang sukuk negara tadi.
Tercatat seri SPNS01112019 dan PBS014 memperoleh penawaran masuk yang cukup besar, masing-masing sebanyak Rp 5,78 triliun dan Rp 4,68 triliun.
Akibat keterbatasan jumlah penawaran yang masuk, pemerintah hanya mampu menyerap dana dari lelang sukuk tadi sebesar Rp 5,07 triliun. Angka ini di bawah target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 6 triliun.
Fikri menambahkan, pemerintah juga sulit menyerap dana dalam jumlah besar lantaran banyak investor yang meminta yield tinggi pada lelang hari ini. Hal tersebut sebagai bentuk kompensasi atas peningkatan risiko yang dihadapi investor belakangan ini.
“Pemerintah tampak ingin menjaga yield di level yang cukup rendah sekaligus lebih banyak memenangkan seri tenor pendek,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News