Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) membuat minat investasi di komoditas meningkat, termasuk tembaga. Harga komoditas logam industri ini menguat di tengah pelemahan the greenback.
Mengutip Reuters (5/2) pukul 12.30 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) senilai US$ 7.091 per metrik ton naik 0,65% dari sesi perdagangan sebelumnya.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menjelaskan gempa Peru pada Januari lalu tidak menjadi sentimen besar yang mempengaruhi harga tembaga. Pasalnya, Peru sebelumnya telah melaporkan produksi tembaga tahun 2017 naik 3,9% jadi 2,4 juta ton.
Namun yang bisa diperhatikan oleh pasar adalah berita dari perusahaan tambang Glencore tahun ini yang memperkirakan bisa mencapai level produksi tembaga 1,5 juta ton berkat tambahan produksi sebesar 150.000 ton melalui tambang di Katanga, Kongo. "Produksi tembaga di negara Demokratik Kongo bisa dicermati pada jangka panjang. Tapi untuk awal tahun ini kondisi pergerakan komoditas akan terus tergantung dari dollar," jelas Andri kepada KONTAN, Senin (5/2).
Di sisi lain, Andri bilang posisi dollar yang tertekan membuat pasar akan tertarik masuk pada aset greenback yang sedang murah. "Sekarang banyak faktor spekulasi di mana pasar masih meraba-raba dari sisi kebijakan AS dan mereka ambil posisi beli ketika ada indikasi pelemahan dollar," jelas Andri.
Indeks dollar AS hingga 17:07 WIB bertengger di level 89,12 level terendah yang terakhir dicapai pada Desember 2015.
Kedepan, Andri melihat harga tembaga masih akan bullish. Pasalnya akivitas ekonomi China terus tumbuh dan menjadi sinyal positif pada kegiatan industri dan impor logam industri. Namun ada juga potensi koreksi selama libur Imlek karena investor China bakal tidak aktif bertransaksi. Namun harga bisa naik drastis setelah libur panjang usai.
Untuk perdagangan besok, Andri melihat harga tembaga berpotensi menguat. Hal ini terlihat dari sinyal beli dari indikator moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200. Sementara indikator stochastic di level 63 dan moving average convergence divergence (MACD) di level 29,5. Hanya saja indikator relative strenght index (RSI) dalam posisi netral di level 51,5.
Pada perdagangan Selasa (6/2), Andri memperkirakan harga tembaga akan bergulir di kisaran US$ 7.040-7.095 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan, harga akan bergulor ke US$ 7.020 - US$ 7.120 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News