kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.164   36,00   0,22%
  • IDX 7.057   73,30   1,05%
  • KOMPAS100 1.054   14,06   1,35%
  • LQ45 829   12,02   1,47%
  • ISSI 214   1,30   0,61%
  • IDX30 423   6,54   1,57%
  • IDXHIDIV20 509   7,28   1,45%
  • IDX80 120   1,60   1,35%
  • IDXV30 125   0,51   0,41%
  • IDXQ30 141   1,89   1,36%

Pelemahan dollar bisa mengangkat harga aluminium


Senin, 20 November 2017 / 06:15 WIB
Pelemahan dollar bisa mengangkat harga aluminium


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium berpotensi menguat awal pekan ini. Maklum, investor diperkirakan akan melakukan aksi spekulasi beli aluminium dengan memanfaatkan pelemahan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS).

Harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) Jumat (17/11) lalu naik tipis 0,10% jadi US$ 2.104 per ton. Harga aluminium tertekan setelah 26 Oktober lalu menyentuh US$ 2.190 per ton.

Ini merupakan level tertinggi sejak September 2012. "Tapi harga Senin di bursa LME kemungkinan akan naik lagi karena dollar sedang melemah," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim kepada KONTAN, Minggu (19/11).

Memang, indeks spot dollar AS pada Jumat (17/11) tertekan 0,29% dibandingkan hari sebelumnya ke 93,66. Pelemahan ini terkait dirilisnya subpoena terkait kemungkinan kolusi Rusia dengan tim kampanye saat pemilihan presiden yang memenangkan Donald Trump.

Ibrahim meyakini pasar akan menanggapi berita ini dengan melakukan aksi spekulasi beli komoditas, termasuk adalah aluminium dan logam metal lainnya. Namun ia menilai penguatan harga hanya akan bersifat sementara.

Selanjutnya, pasar akan kembali melihat fundamental China yang bervariasi. Di satu sisi, produksi aluminium China di Oktober turun 2,3% dibanding produksi bulan sebelumnya menjadi 2,55 juta ton. Penurunan produksi terjadi sejak Juli karena penutupan smelter ilegal.

China Hongqiao Group, salah satu produsen aluminium terbesar di China, juga menutup semua tambang aluminiumnya di area China Selatan sejak 15 November 2017 hingga 15 Maret 2018. Total kapasitas peleburan perusahaan ini mencapai 1,3 juta ton.

Namun ada kemungkinan, Hongqiao mengalihkan produksinya ke Indonesia lewat perusahaan patungan yang dibentuk, yakni PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW AR). Di sisi lain, produksi industri China Oktober lalu hanya tumbuh 6,2% year on year, lebih rendah dari bulan sebelumnya 6,6%.

Hari ini, Ibrahim memperkirakan harga aluminium akan menguat antara US$ 2.099–US$ 2.108 per ton. Sepekan ke depan, harga akan bergerak antara US$ 2.095–US$ 2.115 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×