Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat reformasi tambang di China, harga sejumlah komoditas terus mendaki. Hingga akhir tahun analis yakin harga komoditas aluminium bisa menembus batas baru.
Harga aluminium mendaki pada penutupan di Jumat (3/11). Harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,53% menjadi US$ 2.185 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya di US$ 2.173. Dalam sepekan, harga aluminium naik 0,78% dari US$ 2,168.
Sebelumnya, harga aluminium sempat menyentuh level tertinggi pada perdagangan 26 Oktober lalu di US$ 2.190 per metrik ton.
"Sampai akhir 2017 bisa sampai US$ 2.250-an," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).
Apalagi, harganya telah makin mendaki karena data tenaga kerja Oktober Amerika Serikat banyak yang meleset dan berpotensi gerus dollar.
Memang, walau tingkat pengangguran Amerika Serikat untuk bulan Oktober di 4,1% mendekati harapan pasar, namun perubahan pekerja sektor non-pertaniannya meleset jauh di 261.000. Padahal, pasar mengharapkan adanya pertumbuhan hingga 312.000. Adapula rata-rata gaji per jam dibadingkan bulan lalu stagnan tidak berubah sama sekali.
Ibrahim menjelaskan, dengan kinerja ketenagakerjaan yang buruk, maka dollar bakal terkoreksi dan mendorong harga komoditas. Kenaikan haga juga ditopang China yang memiliki level permintaan besar dan produksi rendah.
Aluminium bakal lanjutkan trek pendakiannya, hal ini terlihat dari indikator bollibger band dan moving average (MA) 10% diatas bollinger tengah, stochastic dan relative strength index (RSI) 60% positif dan moving average convergence divergence (MACD) 60% negatif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News