kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelan tapi pasti, green bond semakin diminati investor


Senin, 19 Oktober 2020 / 17:49 WIB
Pelan tapi pasti, green bond semakin diminati investor
ILUSTRASI. Pialang saham mengamati pergerakan saham./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/10/2020.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen investasi obligasi berwawasan lingkungan alias green bond masih mungkin belum terdengar familiar di telinga investor Indonesia. Maklum saja, jumlah penerbitan instrumen yang satu ini memang masih cenderung terbatas dan dapat dihitung dengan jari.

Walau begitu, dari segi peminat, permintaan terhadap green bond sebenarnya relatif tinggi. Hal ini dapat terlihat dari penerbitan green bond yang dilakukan Star Energy berhasil mencatatkan kelebihan permintaan 3,5 kali beberapa waktu lalu. Terjadinya kelebihan permintaan menandakan pasar green bond di Indonesia sebenarnya prospektif.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana mengungkapkan, dari sisi permintaan sebenarnya green bond punya pangsa yang cukup luas. Permasalahannya justru dari sisi suplai yang masih cenderung terbatas. Salah satu faktornya disebabkan adalah persyaratan administratif green bond yang mungkin memberatkan para penerbit.

“Jadi untuk green bond ini para penerbit harus memiliki sertifikasi dari pihak ketiga, sekitar 80% diperuntukan project berwawasan lingkungan, serta ada laporan green secara periodik. Ini yang mungkin memberatkan para perusahaan untuk menerbitkan green bond,” jelas Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (19/10).

Sementara untuk permintaan, Fikri justru melihat trennya sedang membaik belakangan ini, khususnya secara global. Apalagi, dari segi kinerja, instrumen investasi yang berwawasan lingkungan maupun yang bertemakan environmental, social, governance (ESG) mampu outperform instrumen lain, terlebih pada masa pandemi. Fikri mencatat, return dari obligasi tersebut bisa mencapai 20% secara year to date (ytd).

Baca Juga: Green bond Star Energy senilai US$ 1,11 miliar kelebihan permintaan 3,5 kali

Kinerja baik green bond dinilai Fikri tidak terlepas dari konsepnya yang mengusung sustainability. Dengan konsep tersebut, kinerja penerbit pun jadi lebih baik karena dari segi pendapatan, laba bersih, hingga cash flow menjadi sustain. Pada akhirnya, hal ini lah yang menjadi nilai tambah dan keunggulan untuk green bond dan instrumen bertemakan ESG.

Dari segi peminat, kelompok investor milenial atau yang berusia muda merupakan ceruk utama dari instrumen yang satu ini. Pasalnya, kelompok ini disebut Fikri tak semata mengejar return dalam sebuah investasi. Dengan horizon investasi yang masih panjang, mereka cenderung berusaha mencari investasi yang menawarkan bisnis keberlanjutan.

“Investor milenial ini tidak serta merta mencari yield saja, tapi juga ingin berinvestasi yang juga memberikan social impact. Oleh karena itu, instrumen investasi seperti green bond, maupun instrumen investasi lain bertema ESG cenderung lebih diminati oleh investor kelompok muda ini,” tambah Fikri.

Dengan jumlah investor berusia muda yang semakin bertambah, diiringi dengan para pemimpin perusahaan mulai diisi oleh kalangan milenial, Fikri cukup yakin faktor sustainability akan semakin dipertimbangkan. Dus, penerbitan green bond dan instrumen bertemakan ESG diproyeksikan akan semakin marak dan populer.

“Apalagi secara global ini juga sudah mulai jadi tren, jadi hanya menunggu waktu sebelum pasar kita mengikuti tren tersebut. Ditambah lagi, dari sisi bisnis kan sustainability ini penting karena berpengaruh pada pendapatan dan laba perusahaan ,yang pada akhirnya yield juga jadi stabil,” pungkas Fikri.

Selanjutnya: Green Bond Jumbo dari Grup Barito, Star Energy Tawarkan Kupon Hingga 4,85%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×